Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Ordinary Citizen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Setelah Satu Dekade, Ke Mana Kompasiana Selanjutnya?

22 Oktober 2018   15:09 Diperbarui: 22 Oktober 2018   22:25 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1 Dekade Kompasiana

Hari ini, 22 Oktober 2018 merupakan hari jadi yang ke-10 blog platform Kompasiana.

Selain momentum penting untuk mensyukuri segala hal yang telah dilalui, hari lahir produk yang pertama kali dikenal dengan "Journalist Blog Network" ini sejatinya dimanfaatkan untuk mengevaluasi kinerja dan posisinya sebagai blog platform.

Kisah mengenai sejarah Kompasiana telah bertebaran di mana-mana dengan beragam bentuk referensi. Apalagi, jika Anda sudah melahap habis buku "Kompasiana, Etalase Warga Biasa" karya Pepih Nugraha, sang bidan yang melahirkan Kompasiana.

Tidaklah pantas saya berpanjang kata mengulang cerita seperti apa perjalanan Kompasiana sejak tahun 2008 silam.

Sebagai entitas produk digital, usia 10 tahun tidaklah lagi belia. Berbeda dengan manusia, di usia ini baru memulai masa pra remaja yang banyak diisi dengan bermain dan bercanda.

Proses panjang yang telah dilalui selama 10 tahun ke belakang tidaklah selalu mulus. Sesekali Kompasiana memperoleh rapor merah.

Protes hingga teguran dari berbagai pihak telah menjadi "teman" yang mengawal tumbuhnya produk yang namanya diambil atas usulan Wartawan Senior harian Kompas Budiarto Shambazy ini.

Meskipun begitu, Kompasiana juga telah banyak menorehkan banyak cerita dan fakta yang patut dibanggakan.

Di usia dua tahun pertamanya pada 2010, Kompasiana berhasil menyabet tiga penghargaan sekaligus. Salah satunya penghargaan sebagai UGC terbaik di kawasan Asia yang diberikan oleh WAN-IFRA. Rekam jejaknya bisa di lihat di sini.

Soal nilai atau valuasi, big data yang dimiliki Kompasiana mungkin cukup menggiurkan bila ditawarkan ke para penanam modal yang biasa berburu usaha rintisan (start up) potensial.

Sampai akhir September 2018, Kompasiana telah memiliki lebih dari 381 ribu anggota (Kompasianer) dengan jumlah kunjungan (pageviews) 26 juta perbulannya. Sedangkan jumlah konten yang tayang telah malampaui angka 1.6 juta! 

Bahkan, lebih dari 20 ribu komentar mengisi percakapan di Kompasiana di tiap bulannya. Dahsyat bukan?!

Meski masih dirundung ketidakstabilan performa mesin, kondisi Kompasiana saat ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Terbukti, dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, pertumbuhan jumlah pendaftar baru di tiap bulannya selama 4 bulan terakhir menunjukkan performa terbaik.

Artinya, Kompasiana terus berproses dan tumbuh. Mengakselerasi performa ke arah yang terbaik.

Akselerasi

Awal tahun 2017 mulai mengemuka dialog seputar "mau dibawa kemana Kompasiana?".

Tanya yang jumlahnya tidak sedikit itu merupakan respon dari mundurnya (pensiun dini) Pepih Nugraha selaku nahkoda selama delapan tahun sejak ia bidani sendiri kelahiran Kompasiana.

Penggantinya, Iskandarjet (2017) yang kemudian dilanjutkan oleh saya (2018) terus berpikir keras kemana dan akan menjadi seperti apa Kompasiana selanjutnya, sembari melihat tantangan dan peluang di masa mendatang.

Selain mengusung slogan "Beyond Blogging" pada awal 2017, Kompasiana juga telah meluncurkan beberapa  inisiatif. Meskipun tidak semuanya berbuah manis.

Pertumbuhan produk digital berbasis user generated content (UGC) seperti Kompasiana sangat masif. Tidak lagi didominasi oleh usaha rintisan tetapi korporasi besar pun mulai tergiur berebut kue bisnis di piring yang sama.

Anda bisa listed down sendiri mana saja produk-produk yang dimaksud.

Seolah berebut pasar, posisi Kompasiana sebagai market leader tidaklah selalu menguntungkan. Ia harus berupaya sekuat tenaga agar tidak tersisih di kemudian hari. Tidak sekadar hanya mempertahankan!

Dalam mempertahankan pertumbuhan penggunanya, Kompasiana pernah lengah. Tidak sedikit anggota yang potensial hengkang dan memilih platform lain atau balik ke rumah pribadi yaitu persoal blog.

Padahal, Kompasiana dahulunya dikenal sebagai "Personal blog killer".

Hal tersebut mengindikasikan bahwa tantangan di tahun-tahun mendatang tidaklah mudah. Terlebih, begitu banyak content creator yang mengunggah cerita kesuksesan mereka lantaran berhasil memonetasi konten yang dibuat hingga menghasilkan rupiah yang berlimpah.

Menyoal persaingan pun begitu. Jika media arus utama seperti Kompas.com menyandingkan produknya dengan sesama media arus utama; detik.com, merdeka.com, dan lainnya, tetapi rasanya itu tidak berlaku bagi Kompasiana.

Sebagai platform berbagi konten, Kompasiana tidak hanya dihadapkan pada platform yang berbasis UGC. Para publisher atau media arus utama pun turut mempengaruhi performa Kompasiana karena sama-sama menyajikan konten sebagai "dagangannya" dan tidak sedikit media arus utama yang mulai mencicipi manisnya kue bisnis dari monetasi komunitas.

Satu, lagi! Secara tidak langsung Kompasiana juga berkompetisi dengan raksasa-raksasa media sosial seperi Facebook, Twitter dan Instagram!

Untuk itu, momentum satu dekade Kompasiana ini dijadikan titik balik untuk akselerasi.

Tidak hanya dari sisi bagaimana meraup keuntungan yang besar. Lebih dari itu!

Kompasiana harus terus menjaga konsistensi sebagai platform yang dapat mengakomodasi segala jenis konten positif, bermanfaat dan bernilai serta menjadi playground bagi komunitas.

Juga, memberikan nilai tambah bagi anggotanya dan menjadi mitra bagi pihak pengiklan dengan memberikan solusi yang tepat sasaran.

Tuntutan untuk tumbuh tidak selamanya hanya diukur dari seberapa besar jumlah anggota atau konten yang telah ditayangkan.

Tumbangnya banyak media--cetak dan mungkin juga online--masih disebabkan karena menurunnya performa bisnis mereka. Tidak peduli seberapa besar dan dikenalnya media tersebut. Seperti yang terjadi baru-baru ini.

Selain commercial value, Kompasiana memiliki social value yang sangat melekat kuat terutama dalam hal engagement dengan pengguna dan komunitas.

Hal inilah yang menjadi modal dalam pengelolaan Kompasiana ke depannya .

Di satu sisi Kompasiana harus pandai memonetasi produknya, di sisi lain Kompasiana harus cermat mengelola aset seperti users, content dan community.

Penulis buku Hooked: How to Build Habit-Forming Products Nir Eyal di situs nirandfar.com menyingkap banyak realita.

Di situ, diceritakan kegagalan sebuah produk bernama Mahalo. Platform digital berbasis forum tanya-jawab itu terlalu optimis dan tanpa perhitungan yang matang menerapkan konsep gamification kepada tiap penggunanya yang berkontribusi.

Di tahun-tahun pertama, platform tersebut memiliki pertumbuhan konten dan pengguna yang sangat besar. Namun, pertumbuhan tersebut tidak bertahan lama dan berujung negatif.

Berbeda dengan Quora, platform sejenis yang tumbuh perlahan dan terus berkembang. Ia memiliki cara yang "humanis". Tidak semua diiming-imingi dengan “cash”. Meski sangat diperlukan, reward berupa “cash” harus dikombinasikan dengan social rewards yang valuable tanpa sedikitpun mereduksi yang sudah ada selama ini.

Sebagai sebuah produk, Kompasiana tentunya akan fokus kepada pengembangan sistem dan teknologi yang menjadi tulang punggung untuk mengatrol performa produk dan bisnisnya.

Selain itu, Kompasiana akan menjadi melting pot bagi para content creator dan sejatinya menjadi playground untuk komunitas.

10 tahun bukanlah waktu yang singkat dan mudah bagi perjalanan sebuah produk seperti Kompasiana. Ia masih tumbuh dan terus berkembang seperti sekarang pun sudah menjadi pencapaian yang luar biasa.

Semua dicapai dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, terutama Anda para Kompasianer yang setia berbagi konten-konten positif hingga ke penjuru negeri.

Dirgahayu Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun