Mohon tunggu...
Nurul Khoerunnisa
Nurul Khoerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Nama saya Nurul Khoerunnisa saya merupakan seorang siswa, saya sangat suka menulis dan juga membaca, hobi saya menulis cerpen juga membaca novel! Saya sangat suka mendengarkan musik terutama pop

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan Semu di Lorong Waktu

19 September 2024   08:23 Diperbarui: 19 September 2024   14:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok bisa jatuh gimana ky? Tadi waktu aku sama Gian mau ke tugu malah balik terus di jalan liat ada rame-rame ternyata kamu jatuh Ky. Kita kaget banget, untung Gian orangnya kepoan jadi kita bisa tau itu kamu ky." Gentala kembali berbicara dengan Ricky tanpa henti.

"Ngga tau, kayanya rem-nya ngga berfungsi. Padahal tadi pas berangkat fine fine aja." Ricky berkata dengan logat jaksel nya yang kental. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya namun ia sendiri bingung apa, ia menatap kedua temannya intens, lalu bertanya "Kalian berdua beneran ngga lihat apa-apa di Keraton"

"Liat ky, liat yang kayak guci cucian itu, terus ukiran kayu, liat pengunjung lain." Gian menimpali pertanyaan Ricky. "Tapi kalo yang ndak kasat mata, kita ndak weruh soalnya kita tumpul"

"Jadi aku ngerasa ada something weird gitu, tapi nggak tau apa. Aku kan tadi bilang kalau ada pasukan yang lagi latihan. Nah, pas pulang aku liat lagi, komandannya. Tapi raut mukanya beda sama pas awal aku ketemu dia, jadi dia kaya punya dendam ke aku gitu, natapnya kaya kosong terus tajem."

Gian dan Gentala tentu sangat shock mendengar itu, mereka sama sekali tidak melihat pasukan Keraton atau apapun itu, yang mereka lihat hanyalah pengunjung yang berlalu lalang dan petugas-petugas Keraton, mereka tidak melihat pasukan-pasukan ataupun komandan seperti yang Ricky sebutkan.

"kita ndak weruh sama sekali ky, aku kira kamu beneran halu tadi." Gian menjawab pertanyaan Ricky dengan keheranan, ia menatap Gentala dengan raut bertanya, akankah ia melihat orang yang dibicarakan Ricky.

"Seriusan Ky, sampeyan liat begituan?"

Ricky hanya mengangguk pelan, ia bahkan bukan anak indigo yang bisa melihat hal seperti itu, ini adalah pengalaman pertama, namun ia masih ragu, benarkah orang-orang itu bukan manusia sungguhan, Ricky pusing memikirkannya. Hingga perkataan Gian memecahkan pikirannya.

"Ky, jangan-jangan gara gara kamu make batik parang? Tuhkan ky itu bukan mitos ky."

"Ah masa cuma gara-gara itu." Ricky memejamkan matanya, peing. Ia sungguh tidak percaya, ah entahlah sekarang pikirannya begitu kacau.

"Ky, kita ndak tau apa dan siapa yang mencetuskan mitos kaya gitu. Kita ndak tau kebenaran dari mitos itu, Mitos itu ada bukan berarti hanya karangan belaka ky, bisa jadi karena memang sudah pernah ada kejadian ndak mengenakkan yang dialami seseorang yang mungkin cukup parah, makanya terciptanya mitos kaya gitu itu buat jadi peringatan orang lain biar ndak mengalami hal serupa. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun