Mohon tunggu...
Nurul Khoerunnisa
Nurul Khoerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Nama saya Nurul Khoerunnisa saya merupakan seorang siswa, saya sangat suka menulis dan juga membaca, hobi saya menulis cerpen juga membaca novel! Saya sangat suka mendengarkan musik terutama pop

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan Semu di Lorong Waktu

19 September 2024   08:23 Diperbarui: 19 September 2024   14:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masnya kayanya ndak tau njih.. Jadi di sini itu nda boleh pake batik parang mas, karena batik parang itu sebagai simbol kehormatan, untuk raja-raja nah bagi siapa yang masuk Keraton ini menggunakan batik parang, mereka bisa kena sial bahkan bencana besar loh mas." Bintang menjelaskan dengan panjang lebar, namun Ricky yang terlalu skeptis akan hal tersebut hanya melihat ke arah kedua temannya kaku dan mengangguk kecil.

"Yaudah mas... nanti kalo masnya ada yang nyapa, disapa balik aja ya, saya pergi dulu njih, monggo diteruskan kelilingnya" setelah mengatakan hal itu Pria bernama Bintang itu pamit dan pergi meninggalkan Ricky beserta kedua temannya.

"Tuhkan ky! Ndak boleh, kamu ngeyel sih." Gian kembali menggerutu kepada Ricky. "Ngga bakal ada apa-apa Gian, santai aja kali." jawab Ricky dengan acuh. Melihat reaksi acuh Ricky, Gian naik pitam namun sebisa mungkin ia menahan untuk tidak menyumpal mulut pemuda di depannya itu dengan tas atau apapun yang bisa ia gunakan. "Kamu tuh-" mendengar Gian yang hendak kembali protes Gentala segera menengahi "Udah guys, langsung observasi aja kita, biar cepet selesai."

Mereka kembali berkeliling dengan damai, namun sesaat Ricky memasuki kawasan kompleks Keraton lor ia merasa ada hawa aneh di sekitarnya, komplek Keraton lor bisa dibilang luas, dengan tembok tembok yang mengelilingi, tembok tembok ini biasa disebut baluwarti, tembok ini menurut perhitungan Ricky tebalnya bisa sampai 3-5 meter tanpa anjungan.

Saat memasuki kawasan tersebut bulu kuduk Ricky berdiri, disana terlihat banyak pasukan Keraton yang sedang berlatih, Ricky sangat tertarik dengan pelatihan mereka, pakaian mereka, dan senjata yang mereka gunakan untuk berlatih. Pasalnya bukanlah baju dan senjata modern seperti baju tentara ataupun pistol yang mereka gunakan, melainkan hanya secarik jarik dan penutup kepala, tanpa baju dan bambu runcing yang mereka gunakan. 

Saat asik memperhatikan pundak Ricky tiba tiba ditepuk dari belakang, ia terlonjak kaget dan menoleh ke belakang. Sepertinya beliau yang menepuk pundak Ricky adalah salah satu pasukan yang sedang ia lihat tadi. "Sendika dawuh Pangeran, wonten kepentingan punapa sangga Pangeran wonten mriki? Panjenengan saking Keraton pundi? Kulo drng nat sumerep panjenengan." orang tersebut menyapa Ricky dengan amat sangat halus, Ricky yang kurang paham akan apa yang orang itu katakan malah menyeletuk "Maaf pak, kayanya bapak salah orang, saya cuman pengunjung, bukan Pangeran pak" ucap Ricky, mendengar hal itu orang tersebut hanya mengangguk lalu pergi tanpa sepatah kata. Aneh batin Ricky saat itu, kemudian berbicara pada Gentala dan Gian. "Yan, La denger ngga tadi bapak-bapak nya manggil aku Pangeran." Ricky berdecak, memangnya aura kerajaan terlihat dari mukanya?

"Hah? Siapa ky? Aku sama Gian ndak liat ada orang yang ngomong sama kamu." ujar Gentala bingung

"Kamu halu kali ky."

Ricky hanya menggeleng pelan, ia amat yakin bahwa ia tidak berhalusinasi, sapaan dan tepukan itu terasa nyata baginya, begitupun dengan para prajurit yang masih setia berlatih di sana.

"Ky, ayok lanjut, kok malah bengong." suara teriakan Gian membuyarkan lamunan Ricky, kemudian ia menyusul teman-temannya yang sudah lumayan jauh.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun