Singkatnya mereka telah menyelesaikan observasi mereka, karena Gian dan Gentala masih ingin melanjutkan kegiatan mereka ke Tugu Yogyakarta, akhirnya Ricky pulang sendirian, saat ia hendak menuju parkiran ia bertemu dengan orang yang Ia temui tadi di Keraton Lor, kali ini mukanya tidak menampakkan keramahan pada Ricky, menurut Ricky muka dari orang itu terlihat marah, yang mengejutkan orang tersebut hanya berjalan melewati Ricky, hawa dingin dengan semerbak kemenyan tercium setelahnya, sontak Ricky berbalik melihat orang tersebut, namun ia dibuat terkejut karena orang tersebut sudah menghilang dari pandangan Ricky. Mengesampingkan pikiran negatifnya, Ricky segera pergi menuju tempat ia memarkirkan sepeda motornya. Entah mengapa setelah kejadian itu perasaan Ricky menjadi gelisah. Sepanjang perjalanan ia hanya memikirkan kejadian di parkiran tadi. Ia segera pergi dari daerah Keraton untuk segera pulang, belum lama ia mengendarai motornya sesuatu yang aneh terjadi, ia kehilangan keseimbangan tanpa sebab, setenang mungkin ia mengendalikan motor yang ia kendarai namun nihil. Ricky kehilangan keseimbangan, karena keadaan jalan raya yang sangat ramai ia membanting setir ke arah pembatas jalan. Akibatnya sepeda motor Ricky bagian depan Rusak parah, badan Ricky terpental ke samping sejauh 5 meter dari jatuhnya sepeda motor Ricky, badan Ricky terluka cukup parah, untungnya ia mengenakan helm, namun ia tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian, Ricky tersadar disebuah ruangan putih dengan bau familiar, bau Rumah sakit, badannya terasa sakit semua apalagi bagian tangan kanannya. Ia berusaha bangun namun dengan segera seseorang menahannya.
"Udah ky, ndak usah dipaksain tiduran aja dulu."
Suara yang amat familiar di telinga Ricky, suara temannya yaitu Gian.
"Aku kenapa Yan?" Ricky bertanya pelan, jujur saja badannya terasa remuk sekali, untuk membuka mulutnya saja butuh effort yang besar.
"Jatuh ky dari motor, tadi kamu ndak ngecek rem motor kamu ya ky?" Intonasi suara Gian melembut, kemudian ia melanjutkan, "Parah ky, parah banget, tulang bagian pergelangan tangan kamu retak, tapi udah disambung, terus tadi aku sudah ngubungin Orang tuamu, tapi aku lupa kalo mereka masih di luar kota, mereka lagi di jalan ky."
Mendengar hal itu Ricky rasanya ingin menangis saja, butuh berapa bulan kira-kira untuk menyembuhkan lukanya? Ia tertawa getir.
"Maaf ya ky, harusnya aku sama Tala nemenin kamu tadi."
"ngga usah minta maaf Yan, bukan salah kamu, salah aku sendiri. Gentala mana?"
"Lagi- oh itu dia." tepat setelah mengatakan itu Gentala memasuki ruang inap Ricky.
"eh udah bangun Ky, gimana? Masih ada yang sakit? Di sebelah mana?" Mendengar pertanyaan pertanyaan Gentala, Ricky menggeleng pelan, tentu bohong. Badannya terasa remuk semuanya, pundaknya amat berat, seperti ada seseorang yang menaiki punggungnya.