Mohon tunggu...
Nurul Hikmah Giawa
Nurul Hikmah Giawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - English Education Student

Newbie writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia dan Mimpiku

1 Juni 2024   10:03 Diperbarui: 1 Juni 2024   10:17 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia dan Mimpiku (Sang Motivator 2)

By: Nurul Hikmah Giawa

"Bertemu denganmu adalah bagian dari mimpiku." Angga Pratama

Namaku Angga. Anggap saja aku seorang pemimpi. Aku punya sejuta mimpi yang mungkin terlihat mustahil. Salah satunya adalah Dia.

Aku tidaklah lain dari anak-anak seusiaku. Aku juga punya cinta sama seperti mereka. Bedanya, cintaku jatuh pada orang yang bahkan tidak ku ketahui namanya.

Ini berawal saat aku duduk dibangku kelas 11 SMA.

Pada bulan ketiga sebagai murid kelas 11, sahabatku Rio mengalami kecelakaan yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Aku sebagai sahabatnya tentu sering datang kesana untuk menjenguknya. Aku tidak menyangka bahwa kedatanganku disana mempertemukanku dengan mimpi baruku.

Aku sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit tempat Rio dirawat. Saat melihat sekeliling, mataku menangkap sebuah hal yang sudah jarang terjadi. Berjarak tidak begitu jauh dari pandanganku, seorang gadis sedang fokus pada sebuah buku yang ada di genggamannya.

Dia terlihat unik dan berbeda dari orang-orang di sekitarnya yang sibuk dengan smartphone mereka. Aku pun terkagum melihatnya. Dan tanpa sadar, momen ini menghancurkan spekulasiku bahwa cinta pada pandangan pertama itu mustahil.

Tidak lama setelah aku menangkap kejadian itu, anak perempuan seusiaku itu beranjak dari kursinya dan bergegas keluar dari ruangan.

Aku merasa sedih. Dia telah pergi. Aku rasa ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kami.

Namun, setelah menemukan selembar kertas tepat di bawah kursinya tadi, aku merasa bahwa ini adalah takdir.

Gadis yang tidak ku ketahui namanya itu tidak sengaja menjatuhkan selembar kertas yang sebelumnya berada dalam buku yang digenggamnya.

Sontak aku pun mengambil lembaran tersebut dan berlari keluar ruangan untuk mengembalikannya kepada pemiliknya.

Akan tetapi, aku tidak bisa menemukannya. Sepertinya dia telah keluar dari rumah sakit dan pergi cukup jauh hingga aku tidak bisa menggapainya.

Aku dengan jiwa penasaran membaca secarik kertas kecil yang berisi sebuah kalimat.

"I'm so sorry for letting you go, my dream (Japan)."

Ya! Hanya sebuah kalimat saja. Namun, kalimat ini cukup membuatku terkejut dan tanpa sadar aku pun tersenyum.

Aku merasa bahwa ini adalah takdir. Aku dan Dia memiliki mimpi yang sama. Bedanya, dia terlihat ingin melepasnya namun aku ingin menggapainya.

Hari berganti, bulan berganti, dan bahkan tahun pun berganti. Kini aku telah menjadi senior di sekolah. Aku telah melewati hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun dengan rasa rindu yang tak tahu kapan usainya.

Tidak lama lagi aku dan teman-teman kelas 12 akan memulai fase baru dalam hidup kami. Ada yang berencana untuk mencari pekerjaan, melanjutkan perusahaan keluarga, dan ada juga yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Salah satunya adalah aku.

2 minggu yang lalu, aku mendapatkan pesan bahwa beberapa universitas ternama di dunia menerimaku menjadi mahasiswa baru mereka. Aku merasa sangat bersyukur dan senang terlebih lagi salah satu universitas yang menerimaku terletak di negeri impian kami. Ia! Mimpiku dan Dia. Negeri Jepang.

Aku sudah mempersiapkan banyak hal untuk ini. Untuk persiapan lebih matang lagi, aku mendaftar pada sebuah kursus bahasa yang cukup terkenal di kotaku. Berharap bahwa ketika aku telah sampai di negeri impian, aku bisa berkomunikasi dengan baik.

Saat ini aku berada di dekat ruangan kelas yang akan ku tempati selama 2 bulan untuk belajar bahasa Inggris. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis berjalan mendekatiku. Tidak! Maksudnya mendekati ruangan ini.

Mataku terbuka lebar. Hati berdetak tak karuan.

"Apakah ini mimpi?" tanyaku dalam hati.

"Aku menemukanmu." Ucapku tanpa sadar setelah mengetahui bahwa gadis tersebut adalah orang yang selama ini ku rindu.

Gadis pemilik secarik kertas yang masih ku simpan itu sedang berjalan menuju ruangan yang ada di dekatku. Dia semakin mendekat. Aku ingin menyapanya. Tapi itu akan terlihat aneh karena dia tidak tahu siapa aku.

"Permisi. Apa aku boleh bertanya." Ucapku setelah memantapkan hati dan pikiran untuk berbicara padanya.

"Ya. Tentu saja." Jawabnya dengan sopan.

"Apa betul ini ruang A5? Aku tidak menemukan papan nomor ruangan disini." Kataku bertanya lagi. Sebenarnya aku sudah tahu bahwa ini ruang A5, tapi aku hanya ingin memulai percakapan dengannya.

"Betul. Ini ruang A5. Papan nomornya jatuh 2 hari yang lalu dan masih belum diperbaiki." Jelasnya.

"Ohh I see. Itu artinya kita di ruangan yang sama?" Tanyaku lagi dan lagi.

"Sepertinya begitu. Silakan masuk." Ucapnya sembari menuntunku masuk ke ruangan tersebut.

Ini bukan mimpi! Dia yang selama ini ku cari telah ada tepat di hadapanku. Aku tidak menyangka bahwa takdir mempertemukan kami kembali.

Setelah pertemuan kami hari itu, aku dan dia menjadi teman baik. Bukan dia tapi Zhiya. Namanya adalah Zhiya. Nama indah yang sangat sesuai dengan pemiliknya.

Aku tidak kaget lagi mengetahui bahwa Zhiya anak yang sangat rajin belajar. Namun, aku terus bertanya-tanya kenapa dia ingin menyerah pada mimpinya.

1 minggu sebelum ujian akhir di kursus, aku dan Zhiya sedang berbincang mengenai hal-hal yang menarik. Di tengah percakapan, aku berkata

"Zhiya, aku ingin beritahu sesuatu." Kataku ingin memberitahunya sesuatu yang ku harap bisa menjadi motivasi untuknya.

"Ada apa?" Balasnya dengan nada bertanya.

"Alhamdulillah, aku diterima di salah satu universitas di Jepang. Doain semoga prosesnya lancar ya." Jelasku padanya. Sebenarnya aku tidak ingin memberitahukan hal ini padanya karena khawatir dia akan merasa sedih jika mengingat mimpinya yang harus dilepaskan seperti yang tertulis pada secarik kertas kecil. Namun, aku meyakinkan diri untuk memberitahukan ini supaya dia bisa termotivasi dan menjadi semangat lagi untuk meraih mimpinya sama sepertiku.

"Wah. Selamat ya! Semoga prosesnya lancar." Balasnya dengan senyuman lebar. Namun, aku melihat ada rasa sedih di matanya seperti yang sudah ku duga.

Aku tidak tahu apakah rasa sedih itu karena mengingat mimpinya atau karena akan berpisah denganku. Ya! Aku memang sedikit kepedean wkwkwk.

Itu adalah pertemuan terakhir kami sebelum berpisah karena kursus telah selesai.

Aku akan berangkat ke Jepang esok hari.

Pada malam harinya, aku menghubungi Zhiya melalui WhatsApp. Aku ingin memberi tahu dia bahwa aku pernah menemukan barang miliknya yaitu secarik kertas yang jatuh di rumah sakit kala itu.

"Malam, Zhiya." Kataku dalam chat box padanya.

"Ia, Malam." Balasnya.

Photo

"Ini punya kamu kan? Sebenarnya kita pernah bertemu sekitar 2 tahun lalu di rumah sakit. Kamu tidak sengaja menjatuhkan selembar kertas kecil dan aku menemukannya. Telah lama aku ingin mengembalikannya, namun aku tidak bisa menemukanmu saat itu. Hari ini aku teringat dan rasanya aku ingin mengembalikan padamu. Tapi rasanya cukup terlambat karena aku akan berangkat ke Jepang besok. Aku akan menitipnya ke Fadil untuk dikembalikan padamu." Jelasku panjang lebar.

"Maaf jika aku sudah membaca isinya. Rasa penasaranku membuatku ingin membaca secarik kertas ini. Dan ternyata isinya adalah tentang mimpimu. Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Tapi aku ingin menyampaikan bahwa mimpimu tidak mustahil untuk digapai. Kamu harus memulainya untuk mendapatkannya." Lanjutku lagi.

"Makasi banyak Angga. Kamu memang motivator muda. Aku akan mempertimbangkan kembali mengenai mimpiku. Dan untuk kamu, semoga perjalanan besok lancar dan bisa sampai dengan selamat. Selamat meraih mimpimu." Balas Zhiya pada pesanku.

Itulah percakapan terakhir kami. Saat ini aku telah berada di negeri impianku dan Zhiya. Untuk saat ini hanya aku yang ada disini, tapi aku yakin Zhiya juga akan datang dan meraih mimpi di negeri impian kami.

TAMAT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun