"Aku Hana. Aku ingin tahu tentang bisikan yang kau dengar" jawab Hana.
Zahra menatapnya beberapa saat sebelum membiarkannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu yang dipenuhi buku-buku tua dan naskah-naskah yang berserakan di mana-mana.
"Apa yang ingin kamu ketahui?" tanya Zahra.Â
"Aku ingin tahu bagaimana kamu mendengar bisikan itu dan mengapa kamu menulis tentang mereka"Â kata Hana. Â
Zahra tersenyum tipis "Bisikan itu datang padaku sejak kecil. Mereka menceritakan kisah-kisah yang indah, tragis, dan kadang-kadang menakutkan. Aku menulis, karena itu satu-satunya cara untuk mengungkapkan apa yang mereka katakan."
"Apa bisikan itu pernah berhenti?" tanya Hana penasaran.Â
"Tidak pernah" jawab Zahra, "Mereka selalu ada, bahkan ketika aku tidur" Tutur Zahra Kembali.
Hana merenung sejenak sebelum bertanya "Apakah bisikan itu nyata, atau hanya imajinasi kita.?"Â
Zahra  menatapnya dalam-dalam "Mungkin mereka nyata, mungkin tidak. Tapi selama mereka ada, aku akan terus menulis."
Hana mengangguk, memahami bahwa rahasia di balik layar komputernya mungkin sama dengan yang Zahra miliki. Kembali ke rumah, dia merasa terinspirasi. Dia mulai menulis dengan semangat baru, seolah-olah dia bisa mendengar bisikan kata-kata yang sama seperti Zahra.
Malam semakin larut, namun Hana masih tenggelam dalam kata-kata. Dia menulis tanpa henti, seolah-olah setiap kalimat adalah hasil dari bisikan yang tak pernah berhenti di telinganya.