Mohon tunggu...
Nurul Amanah
Nurul Amanah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis segala hal tentang hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Rumah Berdarah

18 Agustus 2024   13:47 Diperbarui: 18 Agustus 2024   17:19 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah adat Jawa Tengah (Jateng.disway.id)

  Sebuah pesan whatsapp masuk, kuhentikan langkahku sejenak, tiba-tiba tercium wangi bunga melati dari arah belakangku, sontak kulihat arah belakang, dan aku tak melihat apa-apa. Aku berusaha untuk tetap berpikir positif Setelah membalas pesan ibu kulanjutkan perjalananku.

  Aku merasa ada yang janggal dengan keadaan sekitar, jalan yang kulewati lebih sempit dan berbatu, perasaanku semakin tidak karuan, suara gesekan daun yang terkena angin diikuti suara serangga menambah kesunyian tempat ini, matahari sebentar lagi akan tenggelam, kuraih handphone untuk menyalakan senter betapa terkejutnya aku melihat tanda sinyal yang hilang dilayar handphoneku.

Ditengah perasaan kalut aku mulai mempercepat langkahku, semakin jauh aku melangkah jalan yang kulalui semakin tidak tampak karena ditutupi kabut, “ya Tuhan tolong aku, aku ingin pulang” Doaku dalam hati. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar alunan musik khas Jawa Tengah, “Syukurlah ada rumah di dekat sini” batinku, kupercepat langkahku, setelah sampai di ujung jalan kulihat ada cahaya lampu, ada beberapa mbah-mbah yang menggunakan baju serba hitam seperti sedang melakukan sesuatu.

Kudekati salah seorang diantaranya, namun aku merasakan keanehan lainnya, wajah mereka tampak pucat tak seperti orang pada umumnya, merekapun tak banyak bicara, akupun semakin merasa takut, kuurungkan niatku untuk bertanya,

“mau kemana cu?” suara itu membuatku terkejut

Dengan perasaan takut aku menjawab “saya mau pulang mbah, saya tersesat”

“ayo ikut simbah, jangan lihat wajah mereka, ayo segera sebelum nyai datang”

Aku tak paham apa yang dimaksud oleh simbah, hatiku berkata untuk nurut saja padanya, dan benar saja tak lama kemudian muncul seorang wanita dengan pakaian adat jawa, wajahnya sangat cantik bersinar, “siapa dia?, apakah dia yang dimaksud mbah tadi”

 “jangan lihat wajahnya cu” ucap simbah

Aku menundukkan pandanganku, setelah wanita itu lewat aku kembali berjalan, betapa terkejutnya aku, mataku terbeliak, sekujur tubuhku kaku, melihat rombongan perempuan seusiaku dengan pakaian serba hitam berjalan mengikuti wanita cantik tadi, yang membuatku semakin terkejut adalah wajah mereka yang dipenuhi luka dan darah, tercium aroma busuk dari luka itu.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun