**
Suasana di desa memang luar biasa indahnya, bukan hanya pemandangannya saja, udara disini juga sejuk beda dengan perkotaan tempat tinggalku, banyak polusi udara, kemacetan dimana-mana, ditambah suara bising dari kendaraan juga sangat mengganggu.
Dari rumah mbah, aku berjalan melewati jembatan yang terbuat dari bambu, dibawahnya mengalir sungai yang tidak begitu deras, di sekitar jembatan hanya ada beberapa rumah besar yang terbuat dari kayu jati, “sepi banget ya” ucapku dalam hati.
Aku terus berjalan, menyusuri jalanan setapak yang di samping kanan kirinya ditanami pohon jati, semilir angin membelai lembut pipiku, sesekali aku berswafoto mengabadikan setiap momen, ada sebuah rumah besar disamping tanjakan yang menarik perhatianku, rumah itu diberi cat berwarna merah darah, didepannya ada sebuah batu berbentuk segitiga yang tertancap ke tanah, akupun mengambil gambar tepat di depan rumah itu, “wah bagus nih bisa ku masukkan ke instagram biar viral” ucapku dalam hati.
Sepanjang perjalanan aku belum melihat satu orang pun yang lewat, terbesit keinginan untuk pulang ke rumah mbah, kulirik jam di handphoneku “baru jam dua siang, sebentar lagi deh”, akhirnya kulanjutkan perjalananku.
Tak jauh dari tempatku berdiri kulihat ada sebuah pasar yang tidak begitu ramai, setelah berjalan beberapa meter sampailah aku dipasar itu, hanya ada beberapa orang yang menjual daganganya, karena merasa haus akupun membeli sebotol air mineral. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.
“dek Cindy ya? “ tanyanya padaku
“Iya, maaf siapa ya?” tanyaku
“ga inget ya sama aku, mba yanti, rumahku ga jauh dari rumah mbahmu” jawabnya sambil tersenyum
“oh, maaf mba saya kan udah lama ga kesini jadi sedikit lupa”
Pertemuan dengan mba Yanti sedikit membuatku merasa lega, masih ada orang yang mengenaliku disini.