Sangat sulit untuk menempatkan pikiran di depan lidah sebelum berbicara. Namun yang paling mudah adalah mengucapkan segala yang dirasakan kepada kawan bicara.Â
Dengan meletakkan akal setelah berbicara akibatnya tidak hanya orang lain yang harus mencerna kata-kata yang sudah diucapkan, kadangkala orang yang berucap pun harus menelaah kata-kata yang diucapkan karena jika ternyata ada orang yang merasa tersinggung. Â
Kadangkala kata yang sudah kita pikir hingga perasaan juga sudah dilibatkan pun masih ada ganjalan jikalau ternyata tidak membuat orang yang kita ajak berbicara betul-betul memahami yang menjadi maksud pembicaraan.Â
Misalkan saja kata yang keluar, "Sudahlah aku tidak mau biara dengan kamu lagi!" jikalau kalimat yang diucapkan akan dilaksanakan betul maka sudah ada satu mahluk Tuhan yang sudah dianggap tidak ada.
Jikalau saja masalah kata tidak ingin bicara itu dapat diselesaikan di dunia maka pertemanan itu akan terjalin. Namun saja jika kata-kata yang pernah diucapkan dan tidak sempat diperbaiki di dunia dan selanjutnya terbawa sampai akhirat tentunya jika yang percaya adanya hari akhir pasti akan menyesalinya. Karena siapa tahu kita nanti dikumpulkan sama-sama orang yang tidak disukai, tentunya juga di kumpulkan sama-sama orang yang disukai Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H