Atau seperti teladan Rasulullah SAW ketika beliau hendak dijamu oleh Aus bin Khaulah dengan susu dan madu selepas perjalanan jauh yang melelahkan.Â
Rasulullah menolaknya seraya berkata,"Aku tidak mengatakan bahwa ini haram tetapi aku tidak ingin pada hari kiamat nanti Allah bertanya padaku tentang hidup berlebihan di dunia ini." (Hadis Riwayat Ahmad bin Hambal).
Ramadhan mengajarkan itu semua kepada kita.Â
Ketika puasa atau shaum tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar tetapi juga menahan nafsu duniawi untuk menumpuk harta dan menumbuhkan jiwa berbagi kepada kita, terbentuklah pribadi-pribadi yang rela berkorban, hidup sederhana dan tidak bermewah-mewahan.Â
Dalam Ramadhan tidak hanya ada pranata sholat tarawih yang memberikan kita kesempatan berasyik-masyuk sendiri dengan Allah dan berjamaah namun juga ada pranata zakat fitrah dan zakat maal (harta) yang "memaksa" kita beramal saleh sehingga kita saleh ritual dan juga saleh sosial.
Jika tidak, alamat bencana akan bertubi-tubi menimpa kita sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW,"Bila masyarakat sudah membenci orang-orang miskin dan menonjol-nonjolkan kehidupan dunia serta rakus dalam mengumpulkan harta maka mereka akan ditimpa empat bencana: zaman yang berat, pemimpin yang lalim, penegak hukum yang khianat dan musuh yang mengancam." (Hadis Riwayat Ad-Dailami).
Dalam hitungan puluhan hari jelang Ramadhan, mari kita pancangkan niat: Semoga kita menjadi pemelajar yang baik di bulan berkah tersebut, dan lulus dari madrasahnya dengan baik agar "terlahir kembali seperti bayi yang suci dari kandungan ibunya".
Jakarta, jelang Ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H