Raja Tito sangat masygul memikirkan perilaku sang putera mahkota. Ia pun memanggil Penasihat Pinto untuk meminta nasihatnya. Penasihat Pinto adalah seorang tua kepercayaan Raja Tito.
"Penasihat Pinto, bagaimana menurutmu soal putera tunggalku itu?" tanya Raja Tito. "Aku khawatir ia tidak akan dapat menggantikanku jika perangainya itu tidak juga berubah."
Penasihat Pinto berpikir sejenak seraya mengusap-usap janggut putihnya yang panjang. "Paduka, saya kira Pangeran Tori harus menemukan mutiara kesabaran. Ia harus melakukannya sendiri."
"Maksudmu anak tunggalku itu harus menyelam ke dasar laut untuk mendapatkan mutiara. Bukankah itu berbahaya, Penasihat?" Raja Tito tampak khawatir. "Lagipula aku tidak mengerti apa itu mutiara kesabaran."
Penasihat Pinto tersenyum bijak.
"Tidak berbahaya sama sekali, Paduka."
"Menyelam ke dasar laut untuk anak seusia dia tidak berbahaya?!" Raja Tito tampak makin heran. Air mukanya mulai berubah. Ia mulai geram.
Penasihat Pinto kembali tersenyum. Ia menenangkan Raja Tito yang tampak gusar.
Ia mendekati Raja Tito, dan membisikkan sesuatu di telinga Raja Tito. Raja Tito kemudian tersenyum dan manggut-manggut.
Keesokan harinya Raja Tito memanggil Pangeran Tori yang sedang asyik bermain bola di halaman istana. Ia kelihatan kesal karena dua pelayan istana yang menemaninya tidak becus menangkap bola.
"Ah, payah! Begitu saja tidak bisa!" maki Pangeran Tori. Ia menghentak-hentakkan kakinya keras-keras ke tanah. Mulutnya bersungut-sungut.