Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Harus Mendoakan Pemimpin Zalim Dapat Hidayah?

12 Januari 2021   07:07 Diperbarui: 12 Januari 2021   07:57 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun Rasulullah justru mencegahnya, dan justru mendoakan agar warga Thaif dan anak keturunannya diberikan hidayah dan beriman memeluk Islam. Dan itu memang terbukti di belakangan hari saat seluruh semenanjung Arab akhirnya memeluk agama Islam.

Tapi patut dilihat juga konteks peristiwa dan hadis tersebut. Siapa yang berdoa dan seperti apakah kualitas keimanannya hingga Rasulullah berdoa selapang hati dan seadiluhung itu yang melebihi para nabi sebelumnya.

Dan qiyas itu tidaklah berbicara spesifik tentang mendoakan penguasa zalim agar dapat hidayah.

Relasi Bani Thaif dan Rasulullah saat itu bukanlah dalam konteks hubungan penguasa dan rakyat yang dipimpin. Alhasil, qiyas tersebut pun tidak dapat dijadikan sandaran atau legitimasi dalil mendoakan pemimpin zalim dapat hidayah.

Dalil yang valid dan sahih yang berbicara tentang kezaliman justru hadis tentang menolong orang zalim.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, "Tolonglah saudaramu, baik yang zalim maupun yang dizalimi."

Ketika itu para sahabat yang menyimaknya lantas bertanya, "Bagaimana cara menolong orang yang zalim, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab, "Engkau mencegah dia dari berbuat zalim. Maka sesungguhnya engkau telah menolongnya."

Jadi, jika qiyas atau analogi "saudara" juga mencakup "pemimpin" secara lebih luas, maka pemimpin yang zalim justru harus dicegah berbuat zalim, alih-alih didoakan agar dapat hidayah.

Dicegah itu dapat dengan cara diteriaki beramai-ramai atau ditumbangkan, jika sudah kelewatan.

Bukan justru dimaklumi apalagi dimaafkan. Karena jika demikian, jatuhnya malah jadi syaithanun akhrosy (setan bisu), bagi orang yang mendiamkan atau menoleransi kezaliman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun