Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Guru Spesial dan Murid Malin Kundang

25 November 2020   20:11 Diperbarui: 25 November 2020   20:16 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua orangtuaku yang terharu dengan kepercayaan tersebut menjaga betul amanah tersebut. Bahkan ayahku tak segan-segan menjewer salah satu kakakku yang mencoba membantuku mengerjakan soal testing. Kepercayaan memang barang mahal.

Alhamdulillah, dengan prosedur testing yang 'di luar kebiasaan' tersebut, aku dinyatakan berhak naik kelas ke kelas dua.

Namun sakitku yang bertambah parah, dan ketiadaan dana orangtuaku, aku pun cuti dari sekolah. Bedrest. Lagi-lagi di luar kebiasaan.

Setahun kemudian, setelah menjalani operasi pada 1984 dengan biaya pinjaman dari kerabat, aku melanjutkan ke kelas dua. Teman-teman seangkatanku sendiri sudah berada di kelas tiga.

Bu Satimah juga yang mengusulkan gagasan cuti tersebut.

Dan, lagi-lagi, dengan gemilang ia membelaku di hadapan para rekan sejawatnya. Sungguh, bagiku, ia malaikat.

Sayang tahun-tahun berlalu membawa sekaligus melipat segala kenangan termasuk kebaikan. Waktu memang paling ampuh memusnahkan segalanya.

Ditakar dengan besarnya jasa Bu Satimah, balasanku atas kebaikannya sangat tidak sepadan.

Aku hanya satu dua kali berkunjung ke rumahnya. Itu pun semasa aku masih bersekolah di SD.

Selepas SD, aku sama sekali melupakannya.

Kendati ibuku, yang merasa amat berutang budi budi kepada Bu Satimah, selalu memintaku mengunjungi sang ibu guru yang hidup sederhana di bantaran Kali Ciliwung yang selalu kebanjiran dari tahun ke tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun