Di tempat lain.
"Mbok, aku pake jilbab ya!"
Bu Mar melotot menatap anak semata wayangnya. Bola matanya membesar luarbiasa. "Tidak. Tidak boleh!"
"Ah, Mbok. Boleh ya?"
"Tidak. Kok ndak ngerti juga kamu!"
Awan gelap menggelayut di wajah si anak. Ia tertunduk sedih. Lalu berkata, "Mbok, aku kan pingin banyak teman. Teman-temanku banyak yang pake jilbab. Lagian itu kan perintah Allah."
Bu Mar mendesah. Dadanya sesak bagai dihantam gada. "Ibu tahu pake jilbab itu perintah Allah. Ajaran agama. Tapi kamu tetap tidak boleh. Ora ilok!"
"Kenapa, Mbok?"
Tambah panjang Bu Mar mendengus. Matanya serasa hampir copot dari rongganya.
"Kenapa? Sis, kamu itu laki-laki, Nak! Wong lanang. Masak laki-laki pake jilbab! Edan!"
Wasis, Â si abege belasan tahun itu, ngambeg. Ia beranjak pergi dengan langkah gemulai. Ia heran kenapa sih tidak ada yang bisa memahami dirinya, termasuk juga ibunya sendiri.