Bahkan seorang Ernest Hemmingway, seorang nobelis sastra asal Amerika Serikat pun mempraktikkannya. Ia terus mengetik apa saja, kendati awalnya hanya sembarang kata. Bahkan hingga berlembar-lembar.
Otak kita, secara alamiah, seperti diungkapkan dalam berbagai buku psikologi dan motivasi termasuk The Secret karya Rhonda Byrne, adalah mesin dahsyat yang berproses otomatis memacu sistem kerja tersendiri untuk menghasilkan rangkaian kata yang bisa jadi kelak lebih dahsyat dari bayangan Anda semula.
Dalam konteks inilah Anda akan paham mengapa banyak orang mengatakan bahwa penulis adalah tuhan bagi karyanya. Dan mengapa banyak orang kecanduan menulis meskipun, katakanlah, hasilnya secara materi tidak seberapa.
Percayalah, apa pun bentuk tulisan yang ingin Anda tulis, dan sengawur apa pun kata awal yang dipilih, mekanisme "jin ifrit" dalam otak kita, mengutip istilah Mohammad Diponegoro dalam Yuk Menulis Cerpen Yuk!, akan menuntun kita untuk terus lancar menulis. Ia akan menemukan jalannya sendiri. Jin ifrit ini juga yang membantu kita mengetik dengan lancar.
Jika pada awal belajar mengetik Anda akan mencari-cari setiap tuts untuk ditekan, maka setelah Anda mengakrabi si jin ifrit tersebut, tangan Anda akan menari lincah seluwes dansa Salsa atau Waltz di papan ketik (keyboard).
Jika beberapa paragraf sudah dibuat atau naskah sudah selesai, sama seperti langkah Hemmingway, ia akan mengedit paragraf tersebut dan memperbaiki kekurangannya.
Di sinilah peran kreatif otak kanan Anda, yang semula menjadi panglima dalam proses pemilihan kata-kata-- akan diambil alih oleh otak kiri untuk mengedit dan melakukan sinkronisasi tulisan.
Kawan, percayalah, sekali Anda tergugah menulis dan terus menulis tanpa beban, bermodal kepercayaan diri sendiri dan asupan buku atau petualangan dan pengalaman fisik dan batin, maka Anda akan lahap menulis. Hingga akhirnya Anda akan ternganga dan terkagum-kagum sendiri,"Kok bisa ya saya menulis seperti ini?"
Andrea Hirata yang menulis novel Laskar Pelangi, yang merupakan novel perdana sekaligus karya sastra pertamanya, dalam tempo 2 minggu, dalam suatu wawancara dengan media, mengaku mengalami fenomena tersebut.
Jakarta, 12 November 2020
Baca Juga: