Mochtar Lubis, juga dalam Sastra dan Tekniknya, mewanti-wanti bahwa orang hanya menulis apabila ada sesuatu dalam jiwanya yang mendesak-desak, memaksanya mengambil alat tulis dan menulis.
Jika orang mengarang karena ikut-ikutan atau sekadar meniru karena ingin terkenal atau masyhur maka orang yang demikian pastilah dari semula tidak akan berhasil menjadi pengarang
Jurus kedua: Perbanyaklah membaca atau berpetualang
Menurut Mochtar Lubis, tiga perangkat wajib seorang pengarang atau penulis adalah observasi, imajinasi dan logika. Dan ASI (Air Susu Ibu) bagi sang "bayi" penulis adalah buku.
Seperti ucapan Mark Twain, pengarang The Adventures of Tom Sawyers, "The man who does not read good books has no advantage over the man who cannot read them."
Orang yang tidak membaca buku-buku bagus tiada bedanya dengan orang yang tidak bisa membaca.
Dalam konteks tersebut sebuah pepatah berbahasa Inggris cukup relevan jadi panduan: "Ordinary people talk about people; mediocre people talk about events and extraordinary people talk about ideas."
Orang-orang kelas bawah membicarakan orang; orang-orang kelas medioker atau semenjana membicarakan peristiwa sementara orang-orang yang berkaliber luar biasa membicarakan ide atau gagasan.
Jika dunia seorang penulis hanya melulu sarat dengan bacaan ringan, gosip selebritas dan hal-hal remeh temeh maka output dan kualitas tulisannya tidak jauh dari apa yang dimamahnya tersebut. Ia hanya akan menjadi penulis berkategori kelas bawah, bukan yang sedang-sedang saja, apalagi luar biasa.
Seperti kata orang bijak, jangan penuhi pikiranmu dengan hal-hal kecil karena akan terlalu sedikit ruang untuk pikiran-pikiran besar.
Sementara itu Samuel Johnson (1709-1784), seorang penulis berkebangsaan Inggris mengatakan,"Sebagian besar waktu seorang penulis dihabiskan untuk membaca agar bisa menulis. Ia perlu membuka halaman separuh isi perpustakaan untuk menciptakan sebuah buku."