Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kiat Membuat Tulisan yang Membumi

7 Oktober 2020   19:52 Diperbarui: 9 Oktober 2020   19:56 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu miliar lebih tulisan tentang anak sekolah atau anak kuliahan yang berkisah soal cinta. Seakan dunia ini hanya hidup dan dihidupi dengan cinta. Pemahaman yang realistislah yang membuat suatu kisah cinta yang klasik lebih terasa dekat, realistis dan membumi.

Ada kasus narkoba, korupsi, trafficking (perdagangan manusia) dll yang ada di depan kita, yang kadang luput dan lalai kita tangkap hanya karena kita terlampau mesra berfantasi di dunia mimpi. Sayangnya, dunia mimpinya adalah dunia yang seragam, dan mimpinya adalah mimpi yang terlalu sempurna.

Terkadang kita takut dengan realitas di depan kita, dan menjadikan tulisan sebagai pelarian akan segenap angan-angan dan impian kita yang tidak kesampaian. Tanpa disadari, ia merasuk dalam jiwa dan luber dalam tulisan-tulisan kita. Sehingga tidak jarang kita menjumpai tulisan yang terlalu asyik sendiri, tidak terkoneksi dengan lingkungan sekitarnya atau kelewat mengawang-awang.

Sekali dua pembaca akan memakluminya, entah karena kasihan atau karena tiada alternatif bacaan lain. Namun lama kelamaan, sesuatu akan ada titik jenuh atau titik sadarnya.

Tidak bisa lagi kita pertahankan gaya menulis dengan bahasa ngeblog yang amburadul hanya karena kegengsian tidak puguh. Tidak bisa juga kita nekat bertahan menulis dengan logika atau argumentasi mentah karena segala sesuatu ada batasnya, ada ujungnya, termasuk usia kita dan juga titik kesabaran pembaca.

Bukankah teko kosong tidak akan pernah mengeluarkan air jika tidak ada air di dalamnya untuk dituangkan keluar?

Maka isilah teko otak dan hati kita dengan bacaan yang beragam dan bergizi selayaknya kopi dan teh yang nikmat, taburi dengan diskusi sebagai gula pemanis (jika tidak suka gula, bisa dengan kayu manis), maka yang keluar adalah bukan hanya tulisan yang membumi dan realistis tapi juga bermanfaat atau berfaedah.

Jakarta, 7 Oktober 2020

Baca Juga:  [1] [2]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun