Oleh karena itu, kendati keberadaan proyek IKN ini tidak terlepas dari kontribusi Bambang Brodjonegoro sebagai ketua Bappenas pada periode kabinet sebelumnya, tidak lantas langkah mantan Dekan FE-UI ini akan mulus baik sebelum maupun saat terpilih nanti sebagai Kepala BO IKN. Dunia eksekusi atau implementasi jelas jauh berbeda daripada ruang perancangan atau perencanaan.
Ketiga, Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si. Anak pesantren yang tumbuh di lingkungan jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU) dan dilahirkan di Banyuwangi, 6 Agustus 1973 (46 tahun) adalah alumnus S-1 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) dan S-1 Fakultas Teknologi Pendidikan Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Jakarta), yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pemegang gelar S-2 FISIP UI ini menjabat sebagai Bupati Banyuwangi selama dua periode sejak 21 Oktober 2010.
Sebelum menjadi bupati, Abdullah Azwar Anas pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yakni partai yang didirikan oleh mantan ketua umum PB-NU dan tokoh reformasi Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan merupakan wadah aspirasi para ulama NU pasca-Reformasi 1998.
Berbeda dengan Ahok yang gagal menjadi gubernur di kampung halamannya di Bangka Belitung karena kalah di pilgub Babel 2007, Anas yang kelahiran Banyuwangi sukses menjadi Bupati Banyuwangi melalui kendaraan politik PKB, sebelum kemudian berpindah ke PDIP pada 2015.
Pada pilgub Jatim 2018, Anas sempat dipasangkan dengan Saifullah Yusuf sebagai cawagub melawan pasangan Khofifah Indarparawansa dan Emil Dardak, namun kemudian Anas mengundurkan diri karena serangan masif kampanye hitam (black campaign) foto mesum yang memfitnah dirinya. Hingga kemudian paslon Khofifah-Emil berhasil mengalahkan Syaifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarnoputri (pengganti Abdullah Azwar Anas) dan menjadi pasangan gubernur dan wakil gubernur Jatim terpilih periode 2019-2024.
Sama halnya seperti Ahok yang terus didera kasus penistaan agama, Anas juga sejak periode awal kebupatiannya diserang dengan isu perselingkuhan dengan seorang artis ibu kota dan foto mesum, yang sampai kini tak pernah terbukti kebenarannya dan tidak ada proses hukumnya.
Inilah yang menjadi catatan khusus bagi Abdullah Azwar Anas sebagai kandidat Kepala Badan Otoritas Ibu Kota Negara (IKN). Karena sewaktu-waktu isu lama tersebut dapat muncul kembali dan digoreng lagi baik oleh para seteru politik maupun para pesaingnya.
Namun, berdasarkan profil dan peta kekuatan yang ada, patut diakui bahwa, dari ketiga kandidat kompetitor Ahok untuk jabatan Kepala BO IKN, Abdullah Azwar yang terbukti berhasil memajukan Banyuwangi menjadi kota modern dan destinasi wisata utama di Indonesia adalah figur kandidat pesaing terkuat bagi Ahok.
Ia muda, berpendidikan, kenyang pengalaman politik serta punya dukungan politik memadai, dan berpengalaman sebagai kepala daerah dan birokrat.
"Cacat" atau hambatan yang dimiliki Abdullah Azwar Anas sebagai manusia dan politisi tentu ada, toh tak ada gading yang tak retak.
Namun, jika dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya yakni Ahok, jelas Abdullah Azwar Anas tidak punya beban "dosa masa lalu" seperti Ahok dengan cap "penista agama" yang dapat membebani Presiden Jokowi sebagai pihak yang menunjuknya sebagai Kepala BO IKN.