"Ya Allah, bangunkanlah diriku, jangan kau tunjukkan wajah yang tak berwujud itu padaku." Aku mengucapkan zikir kepada Allah berkali-kali. Aku mulai merasa mengangkat badanku.
"Aku harus buka mataku, aku tak mau dibawa oleh bayangan tak berwujud. Dan akhirnya mataku mulai terbuka tapi tanganku kulihat sudah terangkat ingin meraih sesuatu, keringatku mulai bercucuran membasahi bajuku. Aku berlari lagi ke kamar adikku, mengetuk pintunya perlahan-lahan.
"Adikku, tolong buka pintunya Dek, aku mau tidur denganmu, cepatlah Dek, aku mau masuk." Kataku berulang kali, kudengar langkah  adikku menuju ke pintu dan membukakan pintu.
"Kakak, mengapa setiap malam harus ke kamarku? Apa kakak ketindisan lagi? Kakak lupa lagi baca doa?" Aku mau menjelaskan adikku ternyata langsung ngorok. Aku pun tertidur didekat adikku laki-laki yang bawel.
Keesokan paginya adikku memberitahu mama.
"Ma, Kak Nur sudah  dua malam tidur di kamarku alasannya kata kakak ketindisan setan." Aku hanya menunduk.
"Kakak, betulkah kata adikmu, kakak tidak baca doa sebelum tidur?"
"Ma, aku sudah baca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nass, Al- Falaq, ayat Kursi, dan doa tidur, malah semalam aku mengaji sebelum tidur tapi tetap saja bayangan itu menghampiriku dan seolah-olah badanku terangkat."
"Tidak perlu takut, Nak, kalau kita zikir kepada Allah swt semua ketakutan itu akan hilang."
"Iya, Ma, insya Allah, aku akan berusaha melawan bayangan tak brrwujud dengan zikir di malam hari sebelum atau sesudah tidur."
Adikku sudah ke sekolah dan aku membantu ibu membuat roti yang akan dijual keliling ke tetangga-tetangga.