“Mau dimasakin apa?” tanyaku pada suami.
Jawabannya selalu saja sama, “Apa aja aku suka. Masakanmu selalu lezat.”
“Ah, gombal,” bisikku yang hanya dibalas dengan senyuman.
Aku pun segera bergegas ke dapur. Kusiapkan berbagai bumbunya; ada bawang putih, bawang merah, sedikit jahe, garam, dan bumbu pendukung lainnya. Kuramu dengan saksama masakan ternikmat dengan bumbu-bumbu cinta di dalamnya.
“Udah siap. Makan, yuk!” Kupanggil suamiku seusai menu yang kumasak tadi sudah tersaji di meja.
“Baiklah, Sayang,” sahutnya.
Biasanya, suamiku kerap membantu di dapur. Namun, kali ini aku sengaja ingin meracik menu baru ini sendirian.
“Aromanya menggugah selera. Apa ini?” Suamiku bertanya.
“Sup tahu,” ujarku.
Kami langsung menyantap makanannya hingga tak ada sedikit pun yang tersisa. Suamiku tampak begitu lahap. Aku bahagia melihat ekspresi puasnya.
“Terima kasih, Sayang. Enak banget. Ini bakal jadi menu favorit, deh,” tutur suamiku sembari ditempelkan bibir indahnya ke dahiku. Aku tersipu.