Aku terkejut, dan tak banyak bicara. Istrinya menjelaskan semua perihal tentang Said kepadaku. Tangan dan mulutku bergetar. Aku berusaha menahan diri. Akal sehatku berfungsi pada saat itu, untuk memilih mengakhiri hubunganku dengan Said. Kepalaku seperti berputar. Dadaku terasa sesak mendengar cerita itu dari istrinya. Â
Aku merasa malu, dan meminta maaf kepada istrinya, karena ketidaktahuanku soal Said. Aku berjanji kepadanya, untuk tidak menghubunginya lagi.
Benar adanya rasa ragu yang terkadang menyelimuti hatiku. Meski aku mencoba menepis itu karena perasaan sukaku pada Said. Tubuhku terasa lemas, pikiranku tak karuan. Aku hilang fokus. Aku menahan diri untuk tidak menangis. Tapi aku tak bisa. Hati ini seperti tergores, perih rasanya. Beban berat di dada ini ingin kulepaskan. Aku berusaha berpikir tenang dan mengembalikan urusan ini kepada Tuhan. Aku berani melepaskan Said, dan membiarkannya pergi dari diriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H