"Tidak, aku tak mau memaafkan," tegasnya.
Hal itu sangat membuat hati Duma bersedih. Duma berusaha menghilangkan kemarahan sahabatnya dengan cara memujinya.
"Wah, sayapmu indah sekali Bum," ujar Duma dengan tatapan senang.
Tapi Buma yang masih kesal menjawab malas.
"Tentu sayapku indah. Merah muda dengan bintik putih. Cantik, bukan?" tanyanya bangga.
"Betul, kau cantik sekali," jawab Duma dengan gembira mengira sahabatnya telah memaafkannya.
"Aku lebih cantik darimu. Sayapku lebih indah, tidak sepertimu jelek," sungut Buma.
Duma jadi bersedih lagi.
Tiba-tiba rombongan kucing hutan datang. Mereka ingin menangkap para kupu-kupu. Seluruh penduduk desa kupu-kupu panik.
Kucing-kucing liar itu bertubuh sangat besar dengan taring dan  kuku-kuku yang sangat tajam. Kumis da bulu mereka sangat kasar. Biji bola mata mereka pun kelihatan sangat menakutkan.
Mereka menangkapi dan mencengkeram kupu-kupu mana saja yang dapat mereka raih. Kupu-kupu yang lengah akan segera menjadi santapan mereka.