Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buma dan Duma

27 Maret 2023   06:18 Diperbarui: 27 Maret 2023   06:26 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, aku tak mau memaafkan," tegasnya.

Hal itu sangat membuat hati Duma bersedih. Duma berusaha menghilangkan kemarahan sahabatnya dengan cara memujinya.

"Wah, sayapmu indah sekali Bum," ujar Duma dengan tatapan senang.

Tapi Buma yang masih kesal menjawab malas.

"Tentu sayapku indah. Merah muda dengan bintik putih. Cantik, bukan?" tanyanya bangga.

"Betul, kau cantik sekali," jawab Duma dengan gembira mengira sahabatnya telah memaafkannya.

"Aku lebih cantik darimu. Sayapku lebih indah, tidak sepertimu jelek," sungut Buma.

Duma jadi bersedih lagi.

Tiba-tiba rombongan kucing hutan datang. Mereka ingin menangkap para kupu-kupu. Seluruh penduduk desa kupu-kupu panik.

Kucing-kucing liar itu bertubuh sangat besar dengan taring dan  kuku-kuku yang sangat tajam. Kumis da bulu mereka sangat kasar. Biji bola mata mereka pun kelihatan sangat menakutkan.

Mereka menangkapi dan mencengkeram kupu-kupu mana saja yang dapat mereka raih. Kupu-kupu yang lengah akan segera menjadi santapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun