Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Kue Ulang Tahun #Cernak

25 Maret 2023   09:38 Diperbarui: 25 Maret 2023   10:31 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini sepupuku berulang tahun yang ke dua belas. Namanya Kak Suci. 

"Zabir, temanin Tante mengambil pesanan kue ulang tahun ya," pinta mama Kak Suci. Aku pun mengangguk.

Tante Mira juga mengajak anak bungsunya yang bernama Shofa. Setelah mengambil kue pesanan, kami mampir di toko boneka. Tante Mira membeli bantal boneka bergambar tokoh kartun terkenal yang sangat disukai Kak Suci. Aku pun memilih kado yang kubeli dengan uang tabunganku.

Tiba-tiba Shofa bertanya.

"Boneka bantalnya buat aku ya, Ma?" Shofa umurnya baru lima tahun.

"Bukan, sayang. Ini buat Kakak," sahut Tante Mira tersenyum.

"Aku juga mau dong, Ma," pinta Shofa dengan wajah lucu. 

"Nanti ya, kalau Adik ulang tahun. Hari ini kan kita mau kasih hadiah untuk Kakak Uci. Sebagai tanda kalau kita sayang." Tante Mira menjelaskan.

Shofa pun mengangguk. Mata sipitnya memperhatikan dengan seksama ketika penjaga toko membungkus boneka bantal buat Kak Suci.

"Nah, selesai. Pulang, yuk," ajak Tante lembut.

Aku ikut Tante ke rumahnya untuk membantu Kak Suci dan Om Irvan menghias ruangan. Setibanya di rumah mereka, aku dikejutkan dengan teriakan Tante . 

"Hulaaa, ini dia kue ulang tahun Kakak!" Teriakan Tante juga mengagetkan Kak Suci yang tampak sedari tadi menanti dengan penuh harap.

"Wah, indah sekali, Ma! Makasih ya, Ma!" Teriakan Kak Suci lebih keras lagi dari mamanya.

"Yuk, simpan dulu di kulkas. Nanti kita keluarkan jam tiga sore," ujar Tante Mira.

"Asyiiik!" seru kami semua dengan gembira.

Aku lantas membantu Om Irvan meniup balon-balon sedangkan Tante di dapur menyiapkan sajian.

Sore harinya, sebelum jam tiga, aku pun pulang dan berdandan dengan tampan. Kemudian aku kembali ke rumah sepupuku yang akan merayakan ulang tahunnya itu.

Kulihat Kak Suci cantik sekali, sedang berdiri menyambut para tamu yang mulai berdatangan. Aku melihat Shofa pun sama. Dia memakai baju berwarna pink yang sangat indah. Suasana ceria dan seorang badut telah hadir untuk turut memeriahkan acara.

Seluruh teman Kak Suci datang membawa kado masing-masing. Mereka menyerahkannya pada Kak Suci. Bungkusnya berwarana-warni. Ada merah, kuning, biru dan lain-lain. Bentuknya juga bermacam-macam. Ada yang kotak, bulat, besar, sedang dan kecil. Kak Suci tampak bahagia sekali mendapat bingkisan dari kawan-kawannya.

Tak lupa aku pun memberikan kadoku. Tiba-tiba adik Shofa mengajukan sebuah kado mini. 

"Adek. Ini apa?" tanya Kak Suci.

"Kado Kak. Buat kakak," sahut Shofa. 

Semua menertawakan kado buatan Shofa. Rupanya ia ingin memberikan hadiah juga pada kakak. Namun, bingkisan yang ia buat sungguh berantakan. Kertas kado yang dipakai adalah sisa bungkus kertas kado entah milik siapa. Dan cara membungkusnya pun sama sekali tidak rapi. 

"Ayo, keluarkan kue dari kulkas, Yah," pinta Tante Mira pada Om Irvan.

Dengan bergegas, omku segera membuka kulkas dan mengeluarkan kue ulang tahun. Kami menanti dengan penuh harap. 

Namun, Om Irvan kelihatan bingung. Ada seiris potongan kue yang hilang. Bolu berlapis krim dan dihiasi aneka permen serta taburan coklat yang indah itu sudah tidak utuh lagi. Ada bagian kecil yang terambil tidak rapi! Sepertinya seseorang sudah mengambilnya tapi tidak menggunakan pisau. Terlihat dari irisannya yag tidak rapi itu. 

"Ma, kok begini kuenya?" tanya Kak Suci keheranan.

"Loh, siapa yang sudah memotongnya, Yah?" tanya Tante Mira.

"Ayah tidak tahu, Ma," jawab Om Irvan keheranan.

"Zabir, kamu lihat siapa yang sudah buka kulkas tadi?" tanya tante kepadaku.

"Nggak, Tan. Aku kan sibuk bantu om dan kakak menghias ruangan tamu," sahutku.

 "Jangan-jangan ...." Semua mata menoleh ke arah Adik.

"Dik?" panggil Kak Suci dengan marah.

Shofa yang semula sangat gembira tiba-tiba terdiam. Dia ketakutan melihat suasana yang tidak mengenakkan. Perlahan-lahan ia mulai menangis.

"Ih, Adik gimana sih, Ma? Kenapa kue Kakak dimakan, Dik?" Kak Suci marah membuat tangis Shofa semakin kencang.

"Aku nggak makan kuenya, kok," sahut Shofa penuh air mata.

"Bohong! Pasti kamu. Siapa lagi yang ngambil kalau bukan kamu!" hardik Kak Suci.

"Ma, masa kue ulang tahunku jadi rusak begini?" Kak Suci pun ngambek dan memelotot ke arah Shofa. Mungkin ia merasa malu pada teman-temannya.

"Ya sudah, Nak. Kan masih bisa dimakan. Nggak apa-apa. Yuk, lanjutkan acaranya." Om Irvan menengahi.

Kak Suci menuruti kata-kata ayahnya tapi tampaknya sedikit kecewa karena kuenya dimakan Shofa.

"Awas nanti kamu ya Dik. Kalau acara ini sudah selesai nggak akan aku bagi kado-kado dari temanku," bisiknya jahat.

Aku mencoba menenangkannya. Acara pun dilanjutkan hingga selesai. 

Kak Suci mulai membuka kado satu persatu. Aku turut membantunya. Shofa mengintip di tepi pintu. Kak Suci masih kesal dengan ulah adiknya yang hampir saja mengacaukan pesta tadi.

Semua kado sudah dibuka. Ada boneka, baju, mainan, tas sekolah, juga beberapa alat sekolah lainnya. Terakhir mata Kak Suci tertumpu pada kado berantakan yang didapatnya dari Shofa. Dengan malas-malasan ia membukanya dan terkejut. Isinya adalah potongan kue ulang tahun yang hilang.

"Mama?" tanya Kak Suci pada mamanya. 

"Ya?" sahut Tante Mira.

"Ini kuenya dibikin kado sama Adik, ya?" tanya Kak Suci.

"Oh iya ya?" Aku, Om Irvan dan Tante Mira sama-sama memperhatikan potongan kue itu.

"Aku kan mau kasih Kakak kado. Tapi aku nggak punya duit. Aku kasih kue aja," sahut Shofa.

Kami semua terdiam. Kak Suci lantas mendekati Shofa yang dari tadi tak berani mendekat. Mata Kak Suci berkaca-kaca.

"Aku sayang Kakak," sahut Shofa.

Kak Suci memeluk Shofa. Sepertinya hatinya diliputi perasaan menyesal. Kak Suci menangis. 

"Adik, maafin Kakak, ya. Kakak juga sayang Adik," sahut Kak Uci sambil mengajak adiknya melihat-lihat kado lainnya.

Kulihat Om Irvan dan Tante Mira tersenyum memandang kedua buah hati mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun