Kucoba berdiri sekuat tenanga tapi aku tak mampu. Ingin sekali kuraih suamiku. Kucoba sekali lagi. Kuangkat tangan kananku dan berusaha menarik ujung kemeja dekilnya. Tapi tanganku jatuh kembali sebelum mencapai setengah meter dari tanah. Lalu kucoba maju beringsut sambil memanggil-manggil namanya.
"Suamiku, suamiku!"
Tapi semakin kugapai ia semakin jauh, padahal kulihat ia beriri tepat di atasku.
"Suamiku, suamiku." Bibirku terus mengulang-ulangnya.
Akhirnya aku menyerah. Sudah tak ada lagi sedikit pun kekuatan yang kumiliki. Astaghfirullahal azim, Laa haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'aziiiim .... Kalimatku berakhir seiring tubuhku tertidur di jalan .
*
Mataku terpejam tapi kudengar suara suamiku melantunkan ayat suci alqur'an. Beberapa menit kemudian. Sebuah kekuatan gaib mengangkat tubuhku yang lunglai . Diarahkan ke atas dua tangan suamiku.
Kedua lenganku terayun-ayun menjulur ke bawah tanpa tenaga, begitu juga kepalaku terdongak karena sudah lemas dan tak sanggup tegak lagi . Suamiku membawaku pulang dengan membopongku sekaligus memikul sebilah kayu yang tadi pagi kulemparkan ke arahnya.
Lalu aku pun terbangun dengan tubuh terselimuti kain dan dikelilingi banyak orang di rumahku sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H