Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mati Suri

26 Februari 2023   18:52 Diperbarui: 26 Februari 2023   18:58 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kehilangan akal. Tak ada jalan keluar buatku. Kedua sosok di sampingku sangat kuat mencengkeram. Meski aku meronta-ronta tak ada pengaruhnya sama sekali buat mereka. Tuhan terus berjalan memimpin di depan.

Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara suamiku dari kejauhan.

"Sol! Sol! Sol! Sol sepatu!"

Itu suamiku tengah memikul kayu dengan dua kotak kecil di depan dan belakang. Tempat menaruh alat alat mengesolnya.

Ia mengusap keringat yang mencucur di dahinya. Kakinya beralas sandal yang lebih sepuluh kali dijahitnya sendiri karena tak sanggup membeli yang baru.

Tiba-tiba aku ingat semua perkataan kasarku kepadanya. Semua perlakuan kasarku buatnya. Yang semua itu tak pernah ditanggapinya. Dia menghibur diri dengan berzikir di musala samping rumah hingga menjelang malam.

Setiap hari ia juga melafaz zikir pagi dan petang. Yang selama ini sering kujadikan bahan memarahinya, karena kuanggap lebih senang duduk memutar tasbih ketimbang mencari uang lebih banyak lagi.

Suamiku menghadang kami. Segera kuutarakan kalimatku penuh ketakutan.

"Suamiku tolong aku, aku akan diajak Tuhan pergi, aku takut."

Suamiku tak berkata apa-apa. Tapi kulihat ia tersenyum. Perasaan bersalah dan berdosa tak bisa lagi kuungkapkan.

Aku menangis terguguk, terus menerus. Dan aku menatapnya dengan putus asa. Karena ia masih saja diam dan tak membelaku sama sekali. Hanya tersenyum saja. Membuat rasa bersalahku semakin menjadi-jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun