Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Kunci

25 Januari 2025   21:30 Diperbarui: 25 Januari 2025   21:30 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sayur bayam labu Copyright By Shutterstock

"Wes mateng, Dik?' Ujug-ujug Baskoro teka langsung nuju dapur.

"Lho, kok wes bali Mas? Gak sido mancinge?"

"Gak sido, arek-arek gak ana sing teka. Padha turu sajake kesel mari lembur wingi."

"Kene , Mas, coba ta icipono, rasane kok aneh yo jangan iki." Pandan ngawe Baskoro karo menehi sendok.

Baskoro  njupuk duduh sethithik terus ngicipi. Durung sampai dielek, Byur. Duduh disembur.

"Bumbune opo, dik?" Dhewke ngudek-ngudek ndelok isine duduh jangan.

"Kunci ndik dhuwur bupet Mas, 'kan dhawuhe Ibu jangan kunci."

"Ya Allah, Gusti Pangeran, Bojo lek  berbakti iku yo ngene iki. Masakno bojone jangan kunci, bojene ben dadi sakti mandraguna. Iso dadi Gatotkaca aku dik, balung kawat otot besi."

Baskoro njupuk gombal, panci dicekel cek terus dibuang nang mburi pawon.

Pandan isih deleg-deleg. Salahku opo Mas?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun