"Abidzar" katanya agak keras.
"Abisar." Ibu mengikuti.
"Kenzo."
"Kenso."
"Reinhard."
"Renhat."
"Abidzar Kenzo Reinhard!"
"Abisar ... keno ... opo mau?
"Kenzo, Mbahyut! Â Kenzo! Mbahyut! Kenzo!" Handi mulai emosi jiwa.
Tentu saja bagi Ibu yang termasuk generasi lama yang terlanjur akrab dengan nama-nama njawani seperti Sukarno, Sutijah, Ponirin, Budi, Yuli, melafalkan nama seperti itu termasuk sulit. Saya saja harus berkali-kali memelintir lidah agar pelafalan namanya pas.
Beberapa saat ibu diam. Mengamati wajah bayi dengan seksama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!