Ibu saya mempunyai delapan anak, tiga perempuan dan lima laki-laki. Cucunya ada duapuluh dua dan lima belas buyut.
Hari itu buyutnya yang kelima belas datang berkunjung. Dengan orang tuanya tentunya, kan masih berumur sebulan.
"Jenenge sopo ?" tanya ibu.
"Abidzar Kenzo Reinhard" jawab Handi, bapaknya. Mukanya berseri-seri, senang sekali karena tercapai juga keinginannya mempunyai anak laki-laki.
"Sopo?" Â tanya Ibu lagi.
"Abidzar Kenzo Reinhard, Mbahyut. Panggilannya Kenzo," jawab istri Handi.
"Haa?" Ibu masih belum ngeh juga.
"Kenzo!" saya bantu menjawab.
Ibu sudah berumur 74 tahun, pendengarannya memang sedikit terganggu.
Ibu mengangguk lalu berkomentar. "Kayak orang Jepang saja. Nama lengkapnya siapa?"
Handi menghela napas sejenak.
"Abidzar" katanya agak keras.
"Abisar." Ibu mengikuti.
"Kenzo."
"Kenso."
"Reinhard."
"Renhat."
"Abidzar Kenzo Reinhard!"
"Abisar ... keno ... opo mau?
"Kenzo, Mbahyut! Â Kenzo! Mbahyut! Kenzo!" Handi mulai emosi jiwa.
Tentu saja bagi Ibu yang termasuk generasi lama yang terlanjur akrab dengan nama-nama njawani seperti Sukarno, Sutijah, Ponirin, Budi, Yuli, melafalkan nama seperti itu termasuk sulit. Saya saja harus berkali-kali memelintir lidah agar pelafalan namanya pas.
Beberapa saat ibu diam. Mengamati wajah bayi dengan seksama.
"Rupane kok podho karo bapakmu. Iki persis cilikane Sano. Diceluk Sano ae Gampang!"
Tarrraaa ... mulai saat itu nama Kenzo berubah menjadi Sano. Handi dan istrinya nampak mbesengut, tapi tidak berani protes. Takut  kualat.
** enha **
Nama adalah hadiah pertama dari orang tua untuk anaknya. Setiap kata yang tertuang mengandung doa dan jharapan. Memberi nama yang baik adalah penting bagi setiap orang tua.
"Sesungguhnya kamu sekalian akan disebut/dipanggil pada hari Kiamat dengan nama-namakamu dan nama-nama bapak kamu. Oleh demikian itu elokkanlah nama-nama kamu (HR Imam Abu Daud dan Abu Dardak RA)
Jika kita jeli mengamati (seperti saya yang sedang kurang kerjaan), Anda akan menyadari bahwa semakin hari semakin banyak orang tua yang senang memberi nama yang panjang, sulit dieja apalagi dihapal.
Contohnya nama anak artis berikut:
Air Rumi Akbar 1453 anak Amar Zoni dan Irish Bella.
X A-12 Musk anak dari Elon Musk dan Grimes
Zylvechia Ecclesie Heckenbucker anak dari Samuel Zylgwyn dan Franda. ...
Bjorka Dieter Morscheck anak Ringgo Agus dan Sabai Morscheck.
Tidak ada yang melarang pemberian nama kepada anak. Itu adalah hak setiap orang tua yang tak terbantahkan.
Ibu saya memberi nama ke-delapan anaknya dengan awalan "Roes" , meskipun baik nama ibu maupun bapak tidak mengandung kata "Roes". Mungkin terinspirasi dengan bunga mawar yang indah namun berduri. Berdasar ilmu numerologi, kata "Roes" itu jumlah totalnya 57 dari R=18, O=15, E=5, S=19. Maka nama "Roes" mempunyai makna kepribadian yang ekspresif, mudah bicara, mudah bersosialisasi, menyukai seni dan menikmati hidup. Keren kan?
Nama saudara-saudara saya antara lain : Roesli, Roesdina, Roesman, Roesdi, Roestiwi, Roesano, dan Roeshan. Tetapi alih-alih memanggil anaknya dengan nama yang sudah susah payah dibuat itu, ibu saya memanggil anaknya dengan sebutan yang absurd dan kadang memalukan seperti Bagong, Klowor, Dobleh, Waicheng, Kenong, Ompong, Gareng, dan Endut.
Kebiasaan itu ditiru juga oleh anak-anaknya. Adik saya mempunyai anak yang diberi nama  Shahbaz Aqieulla Pradnja Parammita, panggilannya Cipluk. Begitu melekatnya  nama panggilan itu sampai-sampai teman juga tetangga bahkan sebagian saudara  tidak tahu nama aslinya. Si Shahbaz menulis namanya di buku tulis dengan "Ciplux" lalu setelah agak besar ditambah menjadi "Ciplux SAPP".
Ternyata setelah saya amati, ada dua dasar penamaan anak masa kini yaitu Timur (Arab) dan Barat (Eropa, Amerika). Yang pertama erat kaitannya dengan kepercayaan atau agama mayoritas masyarakat Indonesia. Semakin ke-arab-araban tampak semakin Islami. Seperti nama Shalsabila Al-Farizi, Ramadhan Fariz Al-Fatih, Rafassya Zaydan Akbar, Fathiema Al-Khumairah, dan lain sebagainya.
Yang kedua menunjukkan symbol modernitas. Semakin kebarat-baratan nama seorang anak akan menunjukkan tingkat kemodernan orang tuanya (katanya). Contohnya : Rivaldo Brasilia, Cloe Vinky Bellaria, Nicole Anza Imanov, Valerie Harzegovina, dan lain-lain.
Terhadap orang tua yang sudah memberi nama anaknya dengan kerumitan tingkat tinggi, saya sungguh salut. Tentunya mereka telah melakukan kontemplasi, meditasi sampai mediasi tanpa basa basi sampai menemukan nama yang "wow", yang membuat orang berdecak kagum dan tercengang heran. Mereka pun sudah mengkhatamkan buku "1001 Nama Terbaik untuk Anak Anda".
Berbeda dengan orang tua jaman dulu yang lebih praktis dan sering mengkaitkan nama anak dengan peristiwa yang membersamai kelahirannya. Paklik saya lahirnya pas hari Jum'at Legi maka namanya Jumadi Legiman. Teman saya yang lahirnya pada hari kemerdekaan,namanya Mardika Pratiwi. Ada juga Puspa Fajarina, karena lahir pas waktu fajar bersamaan dengan mekarnya bunga.
Saat ini, sulit menemukan nama dengan satu kata semisal Suprapto, Sulaeman, Sulastri, Rustamaji, Dewi dan lain sebagainya. Orang tua jaman sekarang sudah memikirkan bagaimana jika anaknya kelak akan bepergian ke luar negeri. Berbagai dokumen resmi mewajibkan pencantuman nama keluarga. Bahkan untuk membuat sebuah akun pun harus mengisi "Last Name".
Nama yang panjang dan sulit dieja menjadi masalah ketika perlu ditulis di dokumen, Tidak setiap orang  bisa menuliskannya dengan mudah pun si empunya nama. Pasti mereka perlu belajar ekstra keras dan sabar untuk bisa menulis namanya sendiri yang rumit dan panjang itu.Beda dengan menulis nama "Budi" kan, tidak sampai dua detik, selesai. Lha bagaimana dengan Shahbaz Aqieulla Pradnja Parammita?
Belum lagi jika terjadi keslahan dalam penulisan nama. Ruwet, Bro!. Kita harus bolak-balik membetulkannya ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat. Berapa waktu, tenaga dan biaya yang dihabiskan? Bisa untuk beli sepuluh mangkok oskab, Coy!
Seperti ketika keponakan saya yang nama dan wajahnya cantik jelita itu. Suatu kali dia sedang melakukan transaksi di gerai ATM,lha kok lampu tiba-tiba mati. Transaksi terjadi, tapi uang tidak keluar. Panik dong. Maka dia menghubungi Customer Service  bank setempat.
CS Â Â Â : "Maaf ibu, dengan siapa saya bicara?"
SAPP Â : "Shahbaz Aqieulla Pradnja Parammita."
CS Â Â Â : "Maaf Bu, bisakah diulang?"
SAPP Â : "Shahbaz Aqieulla Pradnja Paramita, S dengan H ya ... diakhiri Z. Aqi .. pake Q ya Mbak, E, U, doble L, A. Prad ... pake D, N, J, A , Parammita, doble M."
CS Â Â Â : "Maaf munggkin sedang ada gangguan sinyal. Bisa tolong diulang sekali lagi?"
SAPP Â : "Astaghfirullah ... Tulis Ciplux saja Mas. Ciplux!"
CS Â Â Â " "Maaf Bu, Ci ..."
SAPP Â :"Iya Ciplux."
CS Â Â Â :"Maaf Bu, pake K atau X?"
SAPP Â : "Terserah !"
CS Â Â Â : "Oke dengan Ibu Cipluk, ada yang bisa kami bantu?"
Itu bukan pertama kalinya Cipluk menyesali namanya yang panjang bin rumit. Pernah dia meminta ganti nama dengan yang lebih sederhana. Tetapi mendengar begitu panjangnya proses ganti nama, mulai mengganti akte kelahiran, ijasah dan sebagainya, akhirnya dia pasrah.
Sepertinya dia sudah berlapang dada sekarang. Percuma mengeluh karena hanya akan membuat hidup tertekan Bersyukur saja karena itu akan membawa kita pada kemudahan
Juga maklum saja ketika Ibu saya memberi nama empat kucingnya dengan Elizabeth, Victoria, Keanu dan Spiderman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI