Saya sedang membereskan box penitipan hape ketika Azara dengan muka cemas menghampiri saya.
"Damar tidak masuk, Bu," katanya. Napasnya sedikit memburu seperti menahan emosi."Kelompok kami tidak bisa tampil tanpa Damar," lanjutnya.
Hari ini ada pementasan teatrikal dalam rangka penutupan P5 tahap satu. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila kali ini bertema Bangunlah Jiwa dan Raga dengan topik Stop Bullying. Dari kegiatan ini anak-anak diharapkan dapat menunjukkan aklhak kepada sesama manusia untuk tidak melakukan perundungan/bullying. Kegiatan akhir adalah membuat konten kreatif anti bullying.
Saya memtuskan ke rumahnya karena lima panggilan saya ke nomornya dan lima panggilan ke nomor orangtuanya tidak dijawab.
Ternyata Damar sedang tidur. Ibunya dengan ramah mempersilahkan saya masuk sampai ke kamarnya.
"Itu bu, sampai capek saya membangunkannya ,sudah dijewer, sudah diobrak-obrak, sudah tak ciprati air. Memang ndableg anaknya." Ibunya tampak sangat jengkel.
 Saya singkap selimutnya, saya yakin Damar pura-pura tidur. Ia bergeming meski saya gelitik pinggang dan telapak kakinya.
"Damar tidak mau bangun? Hari ini  pentas P5 , bagaimana raport P5 mu jika hari ini tidak ikut gelar karya?" tanya saya.
Dia diam.
"Damar! Oke kalau memang tidak mau masuk hari ini, sini tak foto jadi bukti bila ibu sudah kesini dan kamu abaikan."
Cekrek! Saya dapat fotonya.