Meskipun secara aspek budaya relatif sama, namun tak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya peserta didik memiliki karakteristiknya masing-masing dan sifatnya sangat beragam, menurut Tomlinson terdapat tiga cara untuk memetakan kebutuhan belajar siswa yang beragam, yakni:
- Kesiapan belajar (readiness),Â
- Minat siswa, danÂ
- Profil belajar siswa Â
Salah satu cara untuk mengetahui tiga aspek kebutuhan belajar peserta didik adalah dengan melakukan asesmen diagnostik aspek kognitif dan non-kognitif. Selain aspek kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, terdapat empat cara/aspek dalam mengimplementasikan peembelajaran berdiferensiasi, yakni: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar (Indri Yastuti & Susi Suciatiningsih, 2024).
- Aspek konten dapat dilakukan dengan: keragaman sumber informasi, jumlah konten/materi pembelajaran disesuaikan untuk masing-masing siswa.
- Aspek proses dapat dilakukan dengan: keragaman instruksi/penugasan disesuaikan dengan profil belajar peserta didik.
- Aspek produk dapat dilakukan dengan: memberikan keragaman atau pilihan tugas produk akhir, penilaian tergantung dari masing-masing individu.
- Aspek lingkungan belajar dapat dilakukan dengan: Tata letak meja/kursi menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran, pencahayaan yang memadai, suhu ruang kelas yang kondusif, Outdorr/indoor.
Pembelajaran berdiferensiasi terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, hal ini dikarenakan pembelajaran dilakukan dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik. Adapun beberapa manfaat pembelajaran berdiferensiasi, yakni:Â
- Memenuhi kebutuhan individual peserta didik
- Meningkatkan pencapaian siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik,Â
- Mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif,Â
- Meningkatkan rasa percaya diri (self-esteem) peserta didik,Â
- Meningkatkan keterlibatan peserta didik (Teguh Purnawanto, 2023),Â
- Penghargaan terhadap keberagaman, danÂ
- Mempersiapkan peserta didik untuk menjalani kehidupan nyata, yang di mana nantinya peserta didik akan menemukan karakter individu yang beragam.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rezeki, dkk yang menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Pane et al., 2022).
Kesimpulan
Maka dengan penjabaran di atas, penulis sepakat dan sejalan dengan adanya sistem zonasi, dan akan lebih baik jika proporsi atau persentase penerimaannya tidak terlalu besar, supaya terciptanya persaingan yang hebat dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk dapat bersaing secara intelektual bukan berdasarkan jarak rumah ke sekolah.Â
Selain itu, penulis juga sejalan dengan adanya konsep kurikulum merdeka dan pembelajaran berdiferensiasi dan akan lebih baik lagi jika dilakukan penyuluhan serta pelatihan yang berkesinambungan bagi para guru terkait bagaimana mengimplementasikan kurikulum merdeka dan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dan tepat.
Daftar Rujukan
Febriani, A., & Siti Shaliha, Sp. (2023). Buku Ajar Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya (Wulan Wiyat Wuri, Ed.; 2nd ed.).
Indri Yastuti, T., & Susi Suciatiningsih. (2024). Buku Ajar Pembelajaran Berdiferensiasi: Vol. II.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2023, December 5). Perilisan Hasil PISA 2022 [Video recording].