“Aku bakal kesepian banget tanpa kamu disini.”
“Kok Dirga ngomongnya gitu sih? Nanti aku kan balik lagi kesini,” dengan sabar Dara memberi pengertian kepada Dirga.
“Janji ya bakal balik lagi?” Tanya Dirga mengacungkan jari kelingkingnya.
“Janji!” Jawab Dara dengan semangat.
Hari ini adalah hari keberangkatan Dara. Dara diantar oleh Dirga dan keluarganya. Satu orang yang wajahnya terlihat sangat sedih itu adalah Dirga. Dirinya belum siap melepas Dara tinggal di negeri orang lain. Dirga khawatir, siapa yang akan menjaga Dara-nya disana? Siapa yang akan menemani Dara ketika Dara sedang sedih? Pikirannya berkecamuk. Terkesan lebay memang, tapi bagaimana lagi, dirinya sudah terjatuh ke dalam rasa sayangnya terhadap Dara.
Hari ini juga Dirga membulatkan tekad untuk menyatakan perasaannya kepada Dara. Selama sebulan itu juga Dirga menyiapkan mentalnya dan membulatkan tekadnya. Ia tak ingin terus membuang waktu dengan memendam perasaannya terus menerus.
“Kamu baik-baik ya disana, jangan suka sedih. Kalo kamu sedih siapa yang bakal kasih kamu coklat?” Dirga bertanya sembari menggenggam tangan Dara erat.
“Aku bisa beli sendiri laahhh, wleeeekkk....” Jawab Dara dengan ledekan.
“Itu pesawat kamu udah mau berangkat. Hati-hati yaaa....”
“Dadah Dirga, aku pamit dulu,” Dara lantas memeluk Dirga dengan erat. Tak terasa air matanya lolos begitu saja.
“Sebelum kamu pergi, aku mau kasih kamu sesuatu,” tahan Dirga sembari mengeluarkan cincin dari saku celananya.