Mohon tunggu...
Nurhaliza Hanalia Putri
Nurhaliza Hanalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sampai Bertemu Lagi

16 Juni 2023   22:09 Diperbarui: 16 Juni 2023   22:09 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hari ini cerah sekali ya cuacanya," ucap Dara kepada Dirga yang sedang duduk di balkon kamarnya sambil menyesap segelas kopi hitam.

"Hmm..." Dirga hanya menjawab ucapan Dara dengan dehemannya.

Dara dan Dirga merupakan sepasang sahabat, Dara seorang perempuan lembut, menyukai kedamaian, dan penyayang, dapat berteman baik dengan Dirga yang keras kepala dan cuek.

"Ih kok Dirga jawabnya cuma gitu doang sih?" Tanya Dara sebal.

"Gapapa. Ayo ah cepet, katanya mau makan bakso!" Dara, perempuan itu, suka sekali dengan makanan berkuah itu. Kata Dara, bakso adalah pelariannya. Sakit makan bakso, cape makan bakso, sedih makan bakso, sedang stress pun pelariannya ya makan bakso.

"Ih iyaaa, sebentar Dirgaaa...."

Watak Dara memang terkesan manja, tetapi hal tersebut hanya Dara tunjukkan kepada Dirga. Karena bersama Dirga, Dara bisa bebas mengekspresikan dirinya sendiri. Berbeda dengan Dara ketika berada di luaran sana, sifatnya yang manja akan berubah menjadi perempuan anggun yang mandiri.

**

"Dah kenyang?" Tanya Dirga kepada Dara yang baru saja menghabiskan suapan terakhir baksonya.

"Udaahh.... Yu pulaanggg," jawab Dara dengan wajahnya yang berseri.

"Ke pantai dulu yu, mumpung belum sore banget," tawar Dirga.

"Eumm..... Boleh deh. Yuk!"

Sesampainya di pantai, mereka langsung asyik bermain. Saling berkejaran, bermain pasir, dan mencipratkan air. Tawa Dara dan Dirga pecah pada momen itu. Jarang sekali mereka menghabiskan waktu berdua seperti ini, meskipun mereka sering bersama.

Dirga kelelahan, dirinya duduk di tepi pantai sembari menikmati matahari yang mulai tenggelam. Tak jauh darinya, Dirga melihat Dara yang sedang duduk sendiri sambil memperhatikan ombak yang membasahi kakinya.

Matahari perlahan mulai dilahap laut, cahayanya yang jingga menerpa wajah Dara dan menciptakan siluet yang indah. Hidung Dara yang bangir dan bulu matanya yang lentik itu terekam indah dalam mata Dirga.

Rasanya waktu ini ingin Dirga hentikan, ia ingin selalu bersama Dara, wanitanya. Benar, Dirga menyayangi Dara, tetapi Dirga tak berani untuk mengungkapkannya. Ia rasa lebih baik untuk memendam perasaannya sendiri. Biar ia sendiri dan Tuhan yang tau seberapa sayangnya Dirga pada wanita yang bernama Dara itu.

“Daraaaa!! Ayo pulang, udah gelap nihhh....!!” Teriak Dirga kepada Dara yang masih asyik memandangi ombak yang saling berkejaran. 

“Iyaaaa ayooooo.....” Sahut Dara yang langsung beranjak mendekati Dirga.

“Yu pulang, bunda kamu sudah nge-chat aku ini.”

“Okeiiii,” jawab Dara dan langsung berjalan mendahului Dirga

**

“Habis darimana nih? Kayanya muka abang bercahaya banget?” Tanya Mama Dirga iseng.

“Hehehe, abis dari pantai ini sama Dara,” jawab Dirga malu-malu.

“Yaudah sana gih mandi dulu, abis itu istirahat ya...”

“Oke mah.”

Dirga lantas pergi ke kamarnya dan langsung bergegas mandi. Selesai mandi dan sudah siap untuk beristirahat, matanya menangkap sesuatu yang sudah lama tidak ia buka. Ya, buku diary miliknya. Dirinya mulai membuka halaman demi halaman buku itu. Selesai membaca diary lamanya itu, Dirga tersenyum. Kebanyakan, tulisannya itu menceritakan tentang Dara. Dirga memang sudah lama mengagumi perempuan itu. Namun, entah mengapa dirinya tidak pernah berani untuk mengungkapkan perasaannya itu.

Selalu berada di dekat Dara, membuat hatinya terasa hangat. Dirga merasa Dara adalah wanita kedua setelah ibunya yang dapat membuat Dirga nyaman. Ditambah sifat manja Dara yang hanya ditunjukkan saat bersamanya, membuat Dirga merasa dispesialkan.

Bulan depan dirinya dan Dara akan berpisah. Dara akan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Rasanya berat sekali bagi Dirga melepas Dara pergi. Waktu keberangkatannya terbilang masih lama, tetapi perasaan Dirga sudah tidak nyaman dari sekarang.

**

Tak terasa seminggu lagi waktu keberangkatan Dara ke luar negeri. Hampir sebulan ini Dirga selalu mengajak Dara pergi hanya berdua, entah itu ke perpustakaan untuk menemani Dara membaca, pergi ke taman hanya untuk duduk berdua sembari menikmati udara segar, keliling kota pada malam hari untuk melihat lampu di kota, ataupun pergi ke pantai seperti waktu itu. Hal ini Dirga lakukan untuk mengabadikan momen bersama Dara. Dirga banyak mengambil foto bersama Dara. Ia melakukan hal itu untuk ia lihat apabila dirinya sedang merindukan Dara.

“Dar, bentar lagi kamu pergi....” Ucap Dirga sendu.

“Ih, kok Dirga sedih gitu sih? Aku kan kesana buat lanjutin pendidikan aku,” jawab Dara menenangkan Dirga.

vb

“Aku bakal kesepian banget tanpa kamu disini.”

“Kok Dirga ngomongnya gitu sih? Nanti aku kan balik lagi kesini,” dengan sabar Dara memberi pengertian kepada Dirga.

“Janji ya bakal balik lagi?” Tanya Dirga mengacungkan jari kelingkingnya.

“Janji!” Jawab Dara dengan semangat.

Hari ini adalah hari keberangkatan Dara. Dara diantar oleh Dirga dan keluarganya. Satu orang yang wajahnya terlihat sangat sedih itu adalah Dirga. Dirinya belum siap melepas Dara tinggal di negeri orang lain. Dirga khawatir, siapa yang akan menjaga Dara-nya disana? Siapa yang akan menemani Dara ketika Dara sedang sedih? Pikirannya berkecamuk. Terkesan lebay memang, tapi bagaimana lagi, dirinya sudah terjatuh ke dalam rasa sayangnya terhadap Dara.

Hari ini juga Dirga membulatkan tekad untuk menyatakan perasaannya kepada Dara. Selama sebulan itu juga Dirga menyiapkan mentalnya dan membulatkan tekadnya. Ia tak ingin terus membuang waktu dengan memendam perasaannya terus menerus.

“Kamu baik-baik ya disana, jangan suka sedih. Kalo kamu sedih siapa yang bakal kasih kamu coklat?” Dirga bertanya sembari menggenggam tangan Dara erat.

“Aku bisa beli sendiri laahhh, wleeeekkk....” Jawab Dara dengan ledekan.  

“Itu pesawat kamu udah mau  berangkat. Hati-hati yaaa....”

“Dadah Dirga, aku pamit dulu,” Dara lantas memeluk Dirga dengan erat. Tak terasa air matanya lolos begitu saja.

“Sebelum kamu pergi, aku mau kasih kamu sesuatu,” tahan Dirga sembari mengeluarkan cincin dari saku celananya.

“Dirga? Apa maksud kamu?” Tanya Dara terkejut.

“Sebenernya aku sudah suka kamu dari lama. Tapi baru kali ini aku berani mengatakannya. So, do u be my girlfriend?” Tanya Dirga sembari berlutut di hadapan Dara.

Dara tak menyangka hal ini akan terjadi. Dirinya memang selalu bersama Dirga, tetapi Dara tidak tahu apabila selama ini Dirga menyimpan perasaan kepadanya. Lalu, tanpa berbasa-basi lagi Dara menerima pernyataan Dirga, karena dari lubuk hatinya yang dalam, dirinya juga menyayangi Dirga.

**

Waktu berlalu begitu cepat. Dirga kembali ke tempat ini untuk kesekian kalinya. Namun, berbeda dengan kedatangannya kali ini. Dirga akan merayakan ulang tahun kekasihnya itu.

“Hai cantik, kita bertemu lagi. Selamat ulang tahun ya.....” Ucap Dirga yang kemudian tetap hening dan tidak berbalas. Di depan pusara sang pujaan hati. Ya, Dara meninggal karena pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dirga sempat depresi karena kejadian tersebut, tetapi Dirga dapat pulih kembali karena ia sempat menyampaikan perasaannya kepada Dara. Dari mulai hari itu dan seterusnya, Dirga hanya dapat mengingat Dara dan segala kenangannya.

“Sampai bertemu lagi dalam keabadian Dara,” ucap Dirga sembari mengecup batu nisannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun