"Apa salahnya kami para pendatang?, sampai ditahan di sebuah ruangan yang tidak layak untuk dihuni?" Ia menggrutu didalam pikiran.Â
Kemudian saat ibu sedang ingin merebahkan badan bintang memaki ruangan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.Â
"ini kos - kosan atau sebuah TPU?" ia yang melihat ruangan yang sangat kotor
Ibunda menjawab pertanyaan dari bibir merahnya yang manis.Â
" jaga omonganmu ini hanya ruang isolasi dan juga ini pondok pesantren".Â
Hah? Pondok pesantren? Ibu yang benar saja ibu tahu kan aku ingin memiliki kamar imajinasiku sendiri?" Jawabku lantang seperti ingin berteriak dipasar.
"kan ini syarat dari kampus bukan ibu yang memilih tapi kampus sendiri yang memberikan rekomendasi" jawab ibu sambil menyruput sebejana teh.Â
"jika aku tahu ini lebih baik aku tak memilih kampus ini" tatapan marah bagaikan singa yang ingin menerkam mangsanya.
"turuti saja hanya setahun kamu disini setelah itu aku memberikanmu kebebasan nang" ia seperti ingin menangis karena meninggalkan bintang disini sendirian tanpa saudara.
"ibu kau jangan menangis aku akan nurut disini bintang janji bakalan jadi orang yang ibu inginkan, dan ibu tak perlu khawatir ibu tahukan aku orangnya seperti apa" aku mencoba menghibur ibuku agar ia tak sedih.
"baiklah ibu pulang dulu ya jaga dirimu baik - baik ibu tunggu kamu saat liburan semester" ibunda tersenyum melihat anak semata wayangnya tumbuh dan bertambah dewasa.