Mohon tunggu...
Nur Dwi Yanti
Nur Dwi Yanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Adakala ketika kita mencoba bersama untuk bergerak, sebagian ada yang mundur teratur. Adakala ketika kita terdiam semua bergerak...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Pagi

3 Agustus 2023   23:49 Diperbarui: 4 Agustus 2023   00:05 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki itu meringis melihat orang-orang berhamburan keluar mengejar wanita yang berlari telanjang dada.

Suatu pagi yang tenang, tiba-tiba berubah akan teriakan dan jeritan.

Semua berteriak, semua tertawa, semua bersorak.

"Dasar gila.." lelaki itu bersungut. Melemparkan buku yang dibacanya, suasana pagi yang tenang berubah menjadi ramai dengan teriakan dan sorakan.

Beberapa orang berlarian keluar dari bangunan mewah, ada yang berteriak ada yang memanggil-manggil. Tanaman di depan bangunan itu terinjak-injak rusak.

Kasihan si tukang kebun yang tengah menggunting rumput-rumput liar dengan penuh kehati-hatian. Matanya menatap sedih melihat tanaman yang dia rawat rusak, patah dan roboh.

Kembali lelaki itu meringis melihat orang-orang berhamburan keluar mengejar wanita yang berlari telanjang dada. Dari gedung mewah di seberang keluar dua orang, lelaki dan perempuan mencoba menghalangi wanita yang berlari ke arah mereka.

"Brak..!" kedua orang itu terjungkal mendapat tendangan dan pukulan dari wanita bertelanjang dada.

Beberapa orang yang menonton tertawa bertepuk tangan dan berkomentar. "Wanita yang kuat..! merobohkan dua orang sekaligus." 

Aksi kejar-kejaran terus berlangsung seperti tayangan film India jaman dulu.  Jika dibuat slow motion atau di percepat mungkin akan tampak lucu seperti film bisu Charlie Caplin.

Wanita bertelanjang dada itu terus berlari berputar, berbelok, memaki dan melemparkan benda-benda yang ada di dekat dia. Beberapa orang roboh terkena lemparan batu di bagian kepalanya.

"Hebat..!" lelaki itu tanpa sadar mengagumi kekuatan wanita bertelanjang dada. Dari tempat duduknya dia mengamati postur tubuh wanita itu. "Indah.." gumamnya. Rambut wanita itu sepundak berantakan, kulitnya tampak berkilauan karena keringat, wajahnya yang tampak marah tidak menghilangkan kecantikan yang dimilikinya. Pandangannya turun ke dada wanita itu.

"Ya Tuhan..!" lelaki itu tegak berdiri dari duduknya. Dia tersadar bukan hanya dia saja yang mengamati wanita itu tetapi seluruh manusia yang ada di komplek ini. 

Pandangan dia beralih ke seluruh penjuru komplek bangunan, benar semua orang menatap ke arah wanita bertelanjang dada khusususnya para lelaki dengan pikiran-pikiran kotor mereka.

"Dasar manusia-manusia mesum...!" makinya dalam hati. 

"Coba wanita itu tidak berlari dan memaki akan kuperlakukan dia dengan lembut dan kuberi rasa indahnya dunia buat dia.." seseorang telah berdiri disampingnya dan berbicara dengan suara bergetar.

Dengan kesal lelaki itu melirik ke arah suara disampingnya dan dengan sekuat tenaga dia memukul roboh manusia mesum itu. Orang itu meringis kesakitan memegang hidungannya yang mengeluarkan darah. 

"Heh, apa masalahmu!" Makinya berusaha bangkit."Kau juga menikmati pemandangan itu kan." Lanjutnya dengan pandangan kalap.

Lelaki itu mengalihkan pandangan ke arah wanita bertelanjang dada. Dia masih terus berlari menghindar sergapan dari beberapa orang. Wanita itu mulai tampak kelelahan.

Tiba-tiba pandangannya berkunang-kunang hingga dia jatuh terduduk. Dia merasakan nyeri yang luar biasa di bagian pelipisnya, . cairan hangat mengalir. Dia menatap orang yang berdiri didepannya dengan batu ditangan dan siap untuk mengayunkan kembali batu tersebut ke arahnya. Dengan segera dia bangkit dan menyerang orang itu dengan kemarahan.

Seketika pandangan orang-orang sekitar beralih ke arah pergumulan dua lelaki itu, bukan melerai tetapi mereka malah bersorak. 

Satu, dua, tiga, empat hantaman dari kepalan tanganya bertubi-tubi merangsek wajah manusia mesum. Batu di tanganya terlepas, manusia mesum itu berteriak meminta ampun dan nyaris menangis. Hantaman kelima membuat manusia mesum itu diam tak sadarkan diri. 

Dengan rasa sakit yang masih berdenyut, lelaki itu berdiri. Orang-orang yang semula bersorak terdiam dan memberikan dia jalan ketika melangkah. Dengan kekuatan penuh dia melompat dan berlari ke arah wanita yang kini disergap oleh dua orang lelaki.

Dengan sekali hentakan dia berhasil menjatuhkan kedua lelaki itu. Segera dia melepaskan pakaiannya yang bernoda darah dan menutupi tubuh wanita itu.

Wanita itu menatap bingung ke arahnya, tiba-tiba matanya membelalak. Namun peringatan dia terlambat, dua orang lelaki yang tadi jatuh telah menyergap si penolong dan mencengkramnya dengan kuat. Sementara tiga orang lain menarik wanita itu dengan kasar dan menyuntikan sesuatu ke arah lehernya dan dalam hitungan detik wanita itu terkulai lemah.

Lelaki itu marah dan berontak namun dia kalah telak ketika ada dua orang lagi menyergap kakinya. Pandangannya terganggu karena darah yang mengalir dari pelipisnya.

Lehernya terasa panas merasakan ada sesuatu yang masuk diantara urat nadinya. Tidak lama dia pun mulai merasa lemas. Pandangannya semakin kabur, dia roboh.

"Lekas kenakan restrain, angkat dia!" terdengar teriakan memberi perintah.

Diantara sadar dan tidak dia berusaha mengerjap-ngerjapkan mata yang semakin berat.

"Mengapa dia menyerang kita?" suara salah seorang penyergapnya terdengar gusar.

"Hmm, dia pasien ODGJ di bangsal 2," sahut seseorang, "Dia kehilangan istrinya yang mati karena pelecehan seksual,"  kemudian dengan cepat seperti seorang profesional dia mengenakan restrain ke tubuh lelaki itu.

"Bawa dia dan amankan semua area." Perintahnya.

Pandangan lelaki itu mulai meredup, tubuhnya semakin lemah. Sekilah dia melihat wanita yang dia selamatkan telah dibaringkan di atas tandu tak berdaya. Perlahan semua gelap dan hening.

Tukang kebun meraih beberapa dahan yang patah dan bunga yang rusak terinjak-injak. Tidak lama dia didorong dua orang di belakangnya. 

"Masuk ke kamarmu!" Hardiknya dengan kasar.

Pagi itu suasana kembali tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun