Mohon tunggu...
Nuraini Amarsa
Nuraini Amarsa Mohon Tunggu... Human Resources - HR and Labor Specialist

Pegiat Jalan Kaki, Rock N Roll mom, 80s enthusiast, beach junkie

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Be Strong and Don't Baper!

29 Agustus 2023   17:04 Diperbarui: 29 Agustus 2023   18:35 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hmmm karena masih bingung saya mencoba menonton beberapa film. Saat itu saya berpikir, orang yang emotionless itu ya berarti orang yang tidak normal karena orang normal sejatinya bisa menampilkan banyak emosi dan itu terwujud jelas. Hingga akhirnya saya menemukan analogi orang yang tepat ketika menonton K-Series The Glory.

Bisa dilihat Song Hye Kyo yang memerankan sebagai pemeran utama yang hendak membalas dendam karena perundungannya di masa lalu merupakan orang yang sangat dingin, lempeng, dan emotionless. Namun dengan hal seperti itu akhirya dia bisa membalaskan dendamnya secara paripurna.

Istilah emotionless ini sulit saya terjemahkan sebetulnya, namun bisa dijelaskan sederhana yaitu baper atau bawa perasaan. Ternyata baper ini juga ada sisi negatifnya terlebih jika kita terlalu banyak menyerap stimulus dari lingkungan sekitar yang akhirnya kita bawa perasaan lalu muncul perasaan-perasaan aneh-aneh sampai akhirnya kita merasa exhausted atau sangat lelah.

Bahkan netizen diluaran sana menjadikan baper ini sebagai indikator orang lemah. Di bully lalu marah dibilang baper, diomongin lalu klarifikasi dibilang baper lah.

Sebetulnya baper ini bagus gak sih?

Hmm, pastinya ada bagusnya tapi ada juga sisi negatifnya.

Sebetulnya baper ini bisa menjadi positif jika kita bisa membawa perasaan kita sesuai dengan porsi dan responnya. Misalkan ada teman kita yang baru saja kehilangan dompetnya, ya kita tidak perlu kan merasa seolah-olah dompet kita yang hilang.

Kita cukup ber empati kepada orang tersebut dan membantu sebisa kita. Jika kita terlalu baper itu rasanya capek, kalo udah capek ya gimana mau strong. Baper ternyata bisa se melelahkan itu.

Saya juga tidak pernah menyangka kalau saya pernah mengalami fase itu. Melihat orang lain lebih baik dari kita, kita langsung baper langsung rendah diri.

Melihat orang lain bisik-bisik dengan temannya, kita langsung curiga baper takutnya ngomongin kita. Mendengar orang lain kena musibah, kita langsung takut kalau musibah itu menimpa kita juga. Coba bayangkan jika semua itu kita serap dan kita proses betapa melelahkannya hidup kita hanya karena baper.

Dengan kehidupan sosial media yang begitu luas dan masif juga membuat stimulus yang kita terima setiap hari banyak sekali. Bayangkan kalau semua itu kita proses sungguh sangat melelahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun