Mohon tunggu...
Nuraeny Hamid
Nuraeny Hamid Mohon Tunggu... Apoteker - Nuwi

Pharmacist, pengajar dan Ibu dari satu putra. Jatuh cinta dengan dunia literasi untuk terus bisa memanfaatkan diri tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I'M ON THE WAITING LIST

8 Mei 2022   19:38 Diperbarui: 8 Mei 2022   19:46 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Ya, Allah. Mungkinkah aku tengah menunggu antrian?” gumamku dalam isak.

Aku tidak tahu giliranku kapan, dan akan seperti apa akhir kisahku nanti. Di sini, betapa mudahnya kematian datang menjemput dengan cara-cara yang kita tidak pernah tahu.

Ruangan tiba-tiba hening, hanya beberapa suara monitor berbunyi normal. Dari kejauhan aku mendengar suara tangisan pilu, meraung-raung  menyayat hati. Ada kehilangan, penyesalan dan ratapan dari tangis keluarga yang telah kehilangan seseorang yang mereka cintai. 

'Akankah ada seseorang yang menangisiku nanti? Akankah ada yang terluka nanti jika saatku tiba?' 

Air mataku deras keluar dari ujung kelopak mata. Mengucap takbir, tahmid, dan dzikir denhan lirih. Sepertinya hanya itu yang bisa membuatku tetap sadar, sabar dan ikhlas.

Tiba-tiba seorang Ibu datang, masuk dengan wajah sembab, matanya bengkak, hidungnya merah, jelas tergambar jika dia baru saja menangis.

Tanganku dipegangya kuat, ia memaksakan senyum di antara air mata yang akhirnya tumpah juga. Genggamannya cukup erat, seolah ingin menyampaikan sesuatu namun ia tak mampu. Ya, dukanya terlalu dalam. Tangan kirinya memegang boneka kucing berwarna kuning. Itu Poporing, bonekaku yang sengaja aku simpan di samping Biyah, untuk menemani Biyah berjuang menjemput keajaiban.

“Ahhh, Biyah ....” Hanya itu yang keluar dari mulutku.

Aku membalas genggaman tangan yang meminta kekuatan. Untuk sejenak, kita menangis tanpa kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun