Mohon tunggu...
Nuraeny Hamid
Nuraeny Hamid Mohon Tunggu... Apoteker - Nuwi

Pharmacist, pengajar dan Ibu dari satu putra. Jatuh cinta dengan dunia literasi untuk terus bisa memanfaatkan diri tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I'M ON THE WAITING LIST

8 Mei 2022   19:38 Diperbarui: 8 Mei 2022   19:46 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba Alfa berteriak,  berlari masuk ke bawah tempat tidur, “Ada Pak Tua!” Spontan semua anak mengikuti Alfa masuk kolong mengikuti Alfa.

Aku mengambil ponsel, segera memutar Murotal dengan volume maksimum. Aku  tarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Perasaan takut mulai menghampiri. Bau amis darah pun mulai tercium, kemudian berganti bau busuk yang menyeruak di seluruh ruangan.

'Buk ..., buk ..., buk!' 

Terdengar seperti suara dinding yang dipukul dari luar. Keringat dingin mulai membasahi kening. Untuk mengeluarkan tangan dari balik selimut saja, aku takut. Ingin sekali tangan itu menekan tombol panggilan darurat ke nurse station. Tapi rasa takut membuatku urung melakukannya,  memilih bertahan di balik selimut.

Beberapa menit berlalu, bau ruangan sudah kembali normal, satu per satu anak-anak mulai keluar dari bawah tempat tidur. Perlahan kubuka selimut yang menutupi tubuh, wajah basah dengan keringat.

'syukurlah, dia sudah pergi,' gumamku. Aku bangkit, mengambil botol air mineral, kemudian  meneguk airnya sampai habis.

Belum sempat  menutup botol, tiba-tiba Sira menjerit, bajunya seperti ditarik dari belakang, dia diseret menjauh dari tempat tidur. Kepanikan pun terjadi, anak-anak berhamburan berlari keluar kamar.

“Jangan pergi! Kalian, jangan pergi! Sira ...!” teriakku. Dengan susah payah aku turun dari tempat tidur,  mengejar Sira yang terus diseret menjauh.

Kepalaku mulai sakit, pandangan kabur, lalu semuanya gelap. Aku hentikan langkah, perlahan  jongkok sambil merasakan suasana di sekitar. Aku tekuk kaki rapat-rapat,  benamkan wajah di antara kedua lutut.

“Alfa ..., Biyah ..., Fito ..., teman-teman ..., kalian dimana?” Aku mulai menangis, memanggil  mereka yang entah sudah menghilang ke mana.  Akhirnya aku tidak bisa mendengar apapun, semua hening dan gelap.

Inilah yang selalu aku alami ketika  mendapatkan kamar di bangsal Akasia. Teror mahluk yang tidak bisa aku jelaskan. Aku hanya memahami, manusia itu mempunyai ruang antara, dimana ada satu tempat setelah kehidupan,sebelum kematian. Ada dimensi lain di dunia ini yang tidak mampu dijelaskan dengan  keilmuan yang aku miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun