“Ya, Pak Antoni. Kenapa?” teriak Perawat sambil menghampiri pasien 05. Namanya Antoni.
Tidak ada respon dari Pak Antoni, Perawat pun kembali ke meja jaganya. Belum juga dia sampai di mejanya, tiba-tiba pak Antoni berdiri di atas bed nya. Tubuhnya yang tinggi membuat kepala pak Antoni hampir menyentuh langit-langit.
'Sssuuttttt!'
'Buuukkkk!'
'Brakkk!'
Spontan jeritan para Perawat terdengar. Aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan karena spontan ikut menjerit. Aku melihat Pak Antoni melangkahkan kaki dari bed nya, tapi, tertahan besi pembatas di ujung bed. Tak ayal ia jatuh tersungkur dengan wajah lebih dulu menyentuh lantai. Semua kabel di tubuhnya tertarik kemudian lepas, akibatnya semua monitor pun ikut jatuh.
Jelas, mataku melihat bagaimana pak Antoni melayang jatuh dan tidak bergerak. Alfa menutup matanya dengan kedua tangannya, dan aku memejamkan mata rapat-rapat. Kesibukan pun terjadi di ruangan ini, Perawat yang jaga meminta bantuan Perawat lain dari luar ruangan. Memberikan pertolongan kepada pak Antoni.
Belum selesai pak Antoni, bed 03 disampingku berbunyi.
'Tiiittt ... tiiittt ... tiiittt ...!'
Aku menoleh ke arah bed 03, nampak pasien perempuan paruh baya kejang-kejang, giginya kuat menggigit lidah yang sedikit menjulur, darah mulai nampak di mulut pasien itu, mungkin dari lidah yang tergigit akibat kejang. Aku lihat grafik di monitor bergerak turun, angka menunjukan nilai yang menurun juga. Salah satu perawat datang ke bed ku kemudian menutup semua tirai pembatas.
Aku mulai menangis, tangan kanan aku gunakan untuk menutup mata. Aku merasakan tangan Alfa menutup kedua telingaku. Aku sudah tahu ending dari kesibukan di ruangan ini akan seperti apa.