Mohon tunggu...
nur saadatul abadiyah
nur saadatul abadiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN KHAS JEMBER

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Behaviorisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

31 Mei 2024   12:40 Diperbarui: 31 Mei 2024   12:44 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Definisi Teori Belajar Behaviorisme

  Teori belajar behaviorisme atau behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku manusia tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.

     Teori belajar behavioristik merupakan teori yang menjelaskan mengenai pembelajaran dalam kaitannya dengan peristiwa-peristiwa lingkungan. Teori behaviorisme memberikan penekanan pada keadaan lingkunganlah yang berkaitan erat dalam proses pembelajaran. Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang menuntut seorang guru memberikan rangsangan sebagai stimulus kepada anak dan hasil dari stimulus tersebut dapat diamati dan diukur berdasarkan tujuan untuk melihat ada tidaknya perubahan tingkah laku yang signifikan.

    Teori belajar behavioristik merupakan teori psikologi yang materi kajiannya adalah perilaku yang tidak berhubungan dengan kesadaran atau struktur mental. Teori ini adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang bersifat eksperimental dan objektif dengan tujuan meramalkan dan mengontrol perilaku. Teori belajar behaviorisme menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan tersebut terjadi melalui rangsangan atau stimulus yang menghasilkan hubungan perilaku reaktif atau respon. Stimulus tersebut berupa lingkungan belajar anak baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar, sedangkan respon merupakan akibat berupa reaksi fisik terhadap rangsangan/stimulus tersebut. Jadi, teori belajar behaviorisme merupakan penguatan ikatan, hubungan, sifat dan hasil stimulus respon.

    Teori belajar behavioristik ialah teori yang mempelajari perilaku manusia. Teori ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan atau stimulus yang menimbulkan hubungan perilaku yang reaktif dan respon. Dalam teori behavioristik, tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan dan bisa ditentukan. Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi stimulus respon.

    Belajar menurut teori ini adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seorang anak bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan oleh lingkungannya. Teori belajar behaviorisme mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam mempelajari individu dan bukan mempelajari bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian. Teori belajar ini dapat diamati secara objektif karena jika ingin menelaah kejiwaan seseorang, maka amatilah perilaku yang muncul sehingga dapat memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan keilmiahannya.

    Berdasarkan berupa uraian diatas, dapat dipahami bahwa teori belajar behaviorisme memiliki konsep dasar bahwa belajar merupakan interaksi antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Stimulus ialah rangsangan atau dorongan yang digunakan oleh guru untuk membentuk tingkah laku, sedangkan respon ialah tanggapan atau kemampuan ( pikiran, perasaan, ataupun Tindakan,) yang ditujukan oleh anak setelah adanya stimulus yang diberikan oleh guru. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

 B. Tujuan Belajar Menurut Aliran Teori Belajar Behaviorisme

    Menurut teori belajar behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman dan Latihan dalam hubungan stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan kemampuan siswa dalam bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Contohnya, siswa dikatakan telah belajar membaca al-quran apabila ia dapat menunjukkan perubahan perilaku berupa kemampuan membacanya dengan baik.

  Menurut teori ini, pembelajaran adalah proses pemberian stimulus(input) oleh guru yang di ikuti oleh respon(output) dari siswa. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa. Menurut teori behavioristik, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon) semuanya harus di amati dan dapat di ukur. Faktor lain juga dianggap penting oleh aliran behavioristik  adalah faktor penguatan. Penguatan adalah segala sesuatu yang dapat mendorong munculnya respon.

 Ketika Anda menambahkan penguatan (penguatan positif), responsnya menjadi lebih kuat. Ketika penguatan berkurang (penguatan negatif), responsnya juga meningkat.    Misalnya, siswa menerima tugas dari guru dan menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran ketika tugas tambahan ditambahkan. Oleh karena itu, menambahkan tugas-tugas ini akan memperkuat pembelajaran secara positif. Jika tugas  dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas belajar, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif pembelajaran.

    Oleh karena itu, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang harus diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) agar suatu respon dapat terjadi. Teori behavioris didasarkan pada psikologi behavioris dan menyimpulkan bahwa perilaku manusia, baik atau buruk, dapat dibentuk oleh lingkungan.

    Adapun tujuan pendidikan menurut aliran behaviorisme adalah berorientasi pada pengembangan kompetensi, penguasaan secara tuntas (mastery) terhadap apa-apa yang dipelajari. Tujuan pendidikannya adalah bersifat eksternal, yaitu dirumuskan dan ditentukan berdasarkan pengaruh lingkungan, baik yang sifatnya sosio-kultural maupun lingkungan fisik. Tujuan-tujuan pendidikannya mengabaikan masalah kehidupan pribadi siswa, lebih berorientasi kepada tujuan-tujuan diluar diri siswa. Murid dianggap tidak perlu melakukan pengendalian belajar sendiri.

    Peranan guru dalam proses belajar adalah sebagai pengambil inisiatif dan pengendali proses belajar. Tugas-tugas guru dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam rumusan yang spesifik.

2) Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar. Bentuk-bentuk kompetensi yang diharapkan dalam bidang studi, dijabarkan secara spesifik dalam tahap-tahap kecil. Penguasaan keterampilan melalui tahap-tahap ini sebagai tjuan yang akan dicapai dalam proses belajar.

3) Mengidentifikasi reinforcer yang memadai. Reinforcer dapat berbentuk mata pelajaran. kegiatan belajar, perhatian dan penghargaan, dan kegiatan-kegiatan yang dipilih siswa.

4) Menghindarkan perilaku yang tidak diharapkan dengan jalan memperlemah pola perilaku yang dikehendaki.

     Ada dua hal pokok yang merupakan implikasi dari teori behaviorisme, yaitu:

 1) Modifikasi perilaku dengan menggunakan cara-cara yang spesifik dan menggunakan sistem ganjaran (reinforcer).

2) Pengajaran berprogram yang menunjuk kepada (a) cara umum tentang perencanaan dan sistem penyajian pengajaran, (b) hasil yang spesifik, teks yang diprogram, atau pertunjukkan film slide dan televisi. Salah satu impli- kasi dari teori belajar behavioristik adalah model pengajaran dengan menggunakana mesin (teaching machine), pengajaran berkomputer, dan pengajaran moduler.

Pengaruh teori belajar behaviorisme terhadap pendidikan, sebagaimana yang diuraikan oleh Redja Mudyahardjo (1989; 72) dapat dirangkum sebagai berikut:

1) Individualisasi: Perlakuan individual didasarkan pada tugas, ganjaran dan disiplin, 2) Motivasi: Motivasi belajar bersifat ekstrinsik melalui pembiasaan terus menerus (dapat menjadi reinforcement),

3) Metode: Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tertentu serta menggunakan teknologi pendidikan.

4) Tujuan-tujuan kurikuler: Tujuan kurikuler, memusatkan diri pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial,

5) Bentuk pengelolaan kelas: Berpusat pada guru, sedangkah hubungan sosial digunakan sebagai cara berkomunikasi, bukan sebagai tujuan pengajaran,

6) Usaha mengefektifkan kelas: Program pengajaran disusun secara rinci dan bertingkat, dan proses belajar lebih mengutamakan penguasaan bahan,

7) Partisipasi siswa: Secara umum siswa menunjukkan perilaku pasif.

8) Kegiatan belajar siswa: Pemahiran keterampilan melalui pembiasaan bertahap, yaitu melakukan praktek setapak demi setapak secara rinci.

9) Tujuan umum pendidikan: Pendidikan bertujuan mencapai kemampuan mengerjakan sesuatu atau mencapai tingkat kompetensi tertentu.

     Proses belajar yang behavioristik menunjukkan proses belajar setahap demi setahap secara terperinci dan tergambarkan dalam sekuensi logis dari informasi yang akan disajikan. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa kurikulumnya lebih menggambarkan perincian tentang apa-apa yang akan disajikan kepada murid. Setiap tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan yang lebih khusus. Suatu bidang studi dipecah menjadi pokok-pokok bahasan, dan sub-sub pokok bahasan. Semuanya linier dengan tujuan khusus yang dirumuskan terlebih dahulu.

 Kelebihan Dan Kekurangan Belajar Teori Behaviorisme  Dalam teknik pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik terdapat beberapa kelebihan di dalamnya diantara mereka:

1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar

2. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.

3. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan prilaku yang sesuia mendapat penghargaan negatif yang didasari dengan prilaku yang tampak.

4. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam bidang tertentu, akan lebih dikuatkan lagi dengan pembiasaan atau pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal

 5. Bahan pelajaran disusun secara hirarkis dari yang sederhana sampai kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu menghasilkan suatu perilaku konsisten terhadap bidang tertentu.

 6. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan srimulus yang lainnya dan seterusnya sampai respon yang diinginkan muncul

7. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, refleksi, daya tahan, dan sebagainya. kelenturan,

8. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

   Kekurangan Teori behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat diubah. menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Contohnya, seorang siswa yang diberikan hadiah berupa uang berkali-kali atas prestasi belajar yang diraihnya, maka dia tidak merasakan lagi hadiah uang ini sebagai sesuatu. yang memuaskannya apabila jumlah uangnya sama atau bahkan lebih kecil, sehingga hadiah uang tersebut tidak lagi menyebabkannya bersemangat. untuk meraih prestasi yang baik.

    Pandangan behavioristik ini juga kurang dapat menjelaskan adanya. variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya.

C. Aliran Belajar Menurut Ivan P. Pavlow

           Ivan P. Pavlov terkenal dengan teori classical conditioning theory. Teori ini memandang bahwa belgar adalah perubahan perilaku. Menururt teori ini belajar pada prinsipnya mengikuti suatu hukum yang sama untuk serua manusia, hahkan semua makhluk hidup. Teori ini dikembangkan melalui observasi terhadap perilaku belajar yang tampak (observable behavior). 

        Pavlov meneliti proses belajar dengan melakukan percobaan dengan anjing dan memperolith hadiah nobel untuk percobaannya itu. la memberi daging secara periodik kepada anjing didahului dengan membunyikan bel. Setiap kali daging akan diberikan, bel dibunyikan. Setelah beberapa lama, setiap kali bel dibunyikan anjing mengeluarkan air liur. Bahkan ketika bel dibunyikan tanpa daging, anjing juga mengeluarkan air hur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa anjing mampu menghubungkan bunyi bel dengan daging. Ketika mendengar bunyi bel anjing membayangkan datangnya daging, sehingga air liurnya keluar. Proses di mana anjing dapat menghubungkan antara bunyi bel dengan daging ini yang dinamakan respon dan disebut belajar.

      Menurut Pavlov, daging sebagai stimulus tak terkondisi, dan air liur sebagai respon tak terkondint Setiap kali daging diberikan kepada anjing, maka secara refleks anjing akan mengeluarkan air liur. Bunyi bel disebut sebagai stimulus terkondisi, yang pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan respo Anjing pada awalnya tidak mengeluarkan air liur ketika mendengar buoyi bel. Tetapi karena stimulus tak terkonchai (daging) diberikan secara bersamaan dengan stimulus terkondisi (bunyi beli maka akhirnya timbul hubungan antara stimulus terkondisi (bel) dengan respon (air liur). Jadi anjing dikatakan telah belajar, dan bel merupakan stimulus.

Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing: 

  • US (Unconditioned Stimulus/stimulus tidak dikondisikan), yaitu stimulus asli atau netral yang Langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
  • UR (Unconditioned Respons/respon tak bersyarat), yaitu perilaku responden (respondent behavior) yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur Anjing keluar karena anjing melihat daging.
  • CS (conditioning stimulus/stimulus bersyarat), yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan perlu dipasangkan dengan US secara terus menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
  • CR (conditioning respon/respon bersyarat), yaitu respon yang muncul dengan hadirnya CS. Misalnya air liur anjing keluar karena anjing mendengarkan bel.

     Berdasarkan eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami (UcS/ Unconditional Stimulus Stimulus yang tidak dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

     Ivan Pavlov meneliti tingkah laku yang bersifat alami, Pavlov tidak percaya jika refleks merupakan reaksi dan hasil belajar. Pavlov tertarik pada masalah fungsi otak karena pemicu refleks bagi tingkah laku yang alami adalah otak. Teori Pavlov juga disebut respondent conditioning (pengkondisian responden), didasarkan pemikiran bahwa perilaku merupakan respon yang dapat diamati atau diramalkan. Fisiolog Pavlov mengkaji stimuli yang disebutnya rangsangan tak bersyarat yang secara spontan memanggil respon. Respon berupa refleks yang terpancing stimuli disebut responden.

     Responden atau respon tang bersyarat muncul di luar kendali kemauan bebas peserta didik. Hubungan rangsang bersyarat dengan respon bersifat spontan, bukan disebabkan oleh belajar. Namun perilaku refleks dapat muncul sebagai respon atas stimuli yang sebenarnya tidak otomatis memancing respon. Melalui conditioning. stimuli netral memancing refleks namun sengaja dibuat agar mampu niemancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimoli kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya respon tadi muncul tanpa perlu menghasilkan stimuli pertama.

D. Aliran Belajar Menurut Edwin Guthrie

      Guthrie (w. 1945) menggunakan kucing untuk menemukan bahwa rangsangan. hanya bersifat sementara maka harus sering dilakukan untuk menguatkan. respond. Punishmen sebagai bentuk penguatan negative dapat membantu mengubah tingkah laku. Contoh punishment yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits

- - : : " ."

 

             Terjemahan

Artinya: "Perintahkanlah anakmu untuk melaksanakan sholat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun. Dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya. "(H.R. Abu Daud:417)

    Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkatan tingkah laku yang terdiri atas unit-unit (Sabri, 1996). Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons-respons dari stimulus sebelumnya dan kemudian unit respons tersebut menjadi stimulus yang kemudian akan menimbulkan respons bagi unit tingkah laku yang berikutnya.

    Demikian seterusnya sehingga merupakan deretan tingkah laku yang terus-menerus. Jadi, proses terbentuknya rangkaian tingkah laku tersebut terjadi dengan kondisioning melalui proses asosiasi antara unit tingkah laku vang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar pembentukan tingkah laku ini disebut "Line Of Association".

     Menurut Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak baik harus dilihat dari rentetan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan atau mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan tingkah laku yang seharusnya.

Contoh: seorang anak mempunyai kebiasaan buruk, yaitu setiap pulang sekolah, setelah masuk rumah selalu melemparkan tas dan pakaiannya kemudian berganti pakaian dan terus makan. Ibunya selalu menegur berkali-kali agar sebelum ganti pakaian dan makan, anaknya itu harus menggantungkan baju sekolah dan tasnya pada tempatnya. Hanya sekali dua kali anak itu menurut, tetapi kebiasaan buruknya diulang lagi.

    Guthrie menyarankan agar teguran orang tua dalam hal ini ibu jangan hanya menyuruh menggantungkan tas dan pakaian sekolahnya, sesudah makan, tetapi harus diulangi dari awal rangkaian tindakannya. Anak harus disuruh memakai pakaian sekolah lagi, menyandang tasnya lalu anak disuruh masuk rumah lagi terus menggantungkan tas dan pakaian sekolah ditempatnya, berganti pakaian dan kemudian makan. Begitu seterusnya cara memperbaiki tingkah laku harus diulangi sampai kebiasaan baik itu dilaksanakan setiap hari (Sabni, 1996).

Selain dengan cara diatas, Guthrie menyarankan 3 (tiga) metode untuk mengubah tingkah laku (Sabni, 1996), yaitu:

Metode respons bertentangan (Incompatible Response Method) Cara mengubah tingkah laku dengan jalan memberikan stimulus yang  dapat menimbulkan reaksi yang berlawanan dengan reaksi vang akan dihilangkan Contoh, jika anak takut terhadap boneka, maka letakkan permainan yang disukai anak tersebut di dekat boneka. Dengan meletakkan permainan di dekat boneka, dan yang sebenarnya boneka tersebut tidak menakutkan, lambat laun anak tersebut tidak takut lagi kepada boneka. Peletakan permainan yang paling Disukai tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang.

Metode membosankan (exhaustion method). Contoh, anak kecil suka menghisap rokok. Mereka disuruh merokok terus sampai bosan, mereka akan berhenti merokok dengan sendirinya.

Metode mengubah lingkungan (change of environmental methode). Contoh, anak bosan belajar, maka lingkungan belajarnya dapat diubah- ubah sehingga ada suasana lain dan memungkinkan mereka senang belajar.

E. Aliran Belajar Menurut Watson

     J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. la tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.

     Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar. Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.

      John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah "Psychology as the Behaviourist view it" (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan- penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.

    Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.

    John Watoson adalah penggagas utama aliran behaviorisme di amerika serikat. Hal ini bermula ketika ia meneliti cara seekor tikus yang berusaha keluar dari lorong yang berbelit-belit. la mengamati dan mencatat semua data dari apa yang dilakukan oleh tikus percobaanya, untuk memecahkan permasalahan tentang gejala-gejala perilaku binatang dalam kondisi tertentu. Gejala perilaku pada tikus tersebut kemudian diterapkan untuk menelaah gejala belajar pada manusia. Sedangkan faktor-faktor yang dianggap subyektif diabaikan. Akhirnya Watson mengajukan konsep tentang belajar tersebut berdasarkan kepada perilaku yang dapat diukur, diamati, dan diuji secara objektif.

    Menurut Watson kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka semua peritilahan yang bersifat subyektif seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujan, bahkan termasuk berfikir dan emosi sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subyektif (Rahyubi, 2011:15). Menurut Watsot metode behaviorisme berkenaan dengan observasi dengan atau tanpa menggunakan alat, metode-metode pengujian, metode laporan verbal dan metode reflex terkondisi (Ibrahim & Muhsyanur, 2022).

F. Aliran Teori Belajar Menurut Skinner

Biografi B.F. Skinner

    Skinner adalah psikolog Amerika yang paling penting dari abad ke- 20. Pada awal abad ke -20 suara lantang dan pengaruh dari Jhon B.Watson berdampak besar pada dunia psikologi Skinner. B.F. Skinner adalah seorang behavioris yang kuat dan yakin akan pentingnya metode objektif, keketatan eksperimental dan kapasitas eksperimen yang baik serta ilmu pengetahuan induktif untuk memecahkan masalah-masalah tingkah laku yang paling komplek.

     Skinner memiliki nama lengkap Burrhus Frederic Skinner, ia dilahirkan pada 20 Maret tahun 1904, di Susquehanna, Pensylavania, anak pertama dari pasangan Willian Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan politisi yang ternama, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga yang hanya merawat Skinner dan adiknya. Skinner tumbuh besar dalam sebuah rumah yang nyaman dan bahagia. Keluarga Skinner termasuk berstatus ekonomi kelas menengah ke atas. Mulai dari rumah itulah kedua orang tuanya mengajarkan nilai-nilai dari control diri, kejujuran dan kerja keras. Keluarga Skinner adalah penganut aliran Presbitarian, namun Skinner mulai kehilangan keyakinannya pada saat sekolah menengah atas, kemudian tidak pernah lagi mempraktekkan kegiatan keagamaan tersebut."

   Setelah Skinner lulus dari sekolah menegah atas keluarganya pindah ke Scranton, tidak lama kemudian ia memasuki Hamilton College; sekolah seni liberal di Clinton, New York. Sebagai seorang mahasiswa under graduated, Skinner berkuliah di fakultas sastra Inggris dan ingin menjadi penulis, atas dorongan berbagai pihak, termasuk sepucuk surat dari Robert Frost yang berisi pujian atas tiga certa pendeknya, Skinner memutuskan menggunakan waktu satu atau dua tahun untuk menggeluti karya-karya sastra di rumahnya.

   Dengan minatnya tersebut Skinner menulis surat kepada ayahnya yang memberitahukan bahwa ia ingin menghabiskan waktu selama satu tahun di rumah untuk tidak melakukan hal apapun selain menulis, permintaan tersebut mendapatkan tanggapan yang tidak terlalu hanya dari ayahnya. Willian Skinner mengingatkan Skinner akan pentingnya bekerja. Walaupun demikian Willian Skinner menyetujui kemauan Skinner dengan syarat Skinner akan mencari kerja apabila karir menulisnya tidak sukses dalam setahun tersebut.

  Mendapatkan tanggapan itu Skinner memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya di Scranton, membangun sebuah ruang kerja di atas langit-langit rumah orang tuanya, dan setiap pagi ia pergi ke ruang kerjanya tersebut untuk menulis. Akan tetapi bayangannya untuk menjadi penulis yang produktif ternyata hanya khayalan belaka, karena ia tidak mempunyai apapun yang ingin disampaikan terhadap isu-isu yang sedang berkembang. Tahun itulah yang disebutnya sebagai "tahun kegelapan" yaitu tahun kebingungan identitas Skinner. Sepucuk surat yang diterima Skinner dari Robert Frost yang pernah dikirimnya tentang surat pendek tidak hanya menilai contoh tulisannya tetapi juga memberi Nasihat tentang karir masa depannya. Forst menashihati Skinner untuk memikirkan kembali karir yang lainnya. Masa ini ternyata tidak produktif, dan sesudah kunjungan singkat ke Greenwich Village dan Eropa, yang mempengaruhi pemikiran Skinner. Tokoh-tokoh lain meliputi Jacques Loeb, C.S. Sherington, dan Ivan Pavlov, di antara psikolog terkemuka yang mempengaruhi pemikirannya adalah Jhon B. Watson dan E.L. Thorndike, dan sejumlah filusuf ilmu pengetahuan yang tulisannya ikut merangsang pandangan behavioristiknya, termasuk Betrand Russel, Ernest Mach, Henri Poincare, dan Perey Bridgman.

   Pada tahun 1936, Skinner mulai bekerja sebagai pengajar dan penulis di Universitas Minnesota, di sana pula tempat ia bertemu dengan Yvonne Blue yang kemudian menjadi istrinya. Setelah menikah mereka dikaruniai dua orang anak perempuan, Julie yang lahir pada tahun 1938 dan Deborah (Debbie) yang lahir pada tahun 1944. Selama tinggal di Minnesota, tepatnya tahun 1938 Skinner menerbitkan buku pertamanya The Behavior of Organism. Selain itu Skinner juga terlibat proyek misil yang diarahkan oleh burung dara dan pembangunan baby-tender untuk anak keduanya. Kedua proyek tersebut membuatnya frustasi dan inilah yang ia sebut dengan "krisis identitas" yang kedua.

  Periode Sembilan tahun berikutnya di Minneseto Skinner sangat produktif dan mengukuhkan sosok Skinner sebagai salah satu psikolog eksperimental terkemuka pada masanya. Selama periode kegiatan ilmiah yang padat ini, ia sempat menulis sebuah karya berjudul Walden Two, yang menggambarkan evolusi masyarakat eksperimental.

Project pigeon yang dilakukan Skinner adalah usaha yang cerdas dalam mengkondisikan burung dara untuk menghasilkan patukan yang tepat yang akan melakukan maneuver misil peledak kepada target musuh, proyek ini dikerjakannya sekitar dua tahun sebelum Amerika mulai berperang. Skinner membeli sekumpulan burung dara untuk dilatih mengarahkan misil. Dalam proyek ini, Skinner mendapatkan donasi dari University dimakamkan di Mount Auburn Cemetery, Cambridge, Massachusetts.

   Seminggu sebelum kematiannya, Skinner menyampaikan suatu pidato yang emosional dalam konvensi American Psychological Association (APA), tempatnya menyuarakan behaviorisme radikal. Dalam konvensi tersebut Skinner memperoleh penghargaan Citation of Outstanding Lifetime Contribution to Psychology. Penghargaan ini belum pernah diberikan sebelumnya, dan Skinner adalah satu-satunya orang yang menerima penghargaan tersebut dalam sejarah American Psychological Association (APA). Selain itu Skinner juga banyak menerima penghargaan lain termasuk Distinguished Scientific Award dari American Psychological Association (APA), menjadi anggota pada National Academy of Sciences, dan menjadi William James Lecturer di Harvard, pada masanya, Skinner adalah salah satu di antara tiga ilmuan yang pernah menerima President's Medal of Sciences.

  B.F. Skinner terkenal dengan teori pengondisian operan (operant conditioning) atau juga disebut pengondisian instrumental (instrumental conditioning), yaitu suatu bentuk pembelajaran di mana konsekuensi perilaku menghasilkan berbagai kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku itulah yang disebut dengan pengondisian operan (Slavin, 1996).

    Prinsip teori Skinner ini adalah hukum akibat, penguatan dan penghargaan, dam konsekuensi. Prinsip hukum akibat menjelaskan bahwa perilaku yang diikuti oleh hasil positif akan diperkuat dan perilaku yang dikuti hasil negatif akan diperlemah. Penguatan merupakan suatu konsekuensi yang meningkatkan peluang terjadinya suatu perilaku. Konsekuensi adalah suatu kondisi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terjadi setelah perilaku dan memengaruhi frekuensi perilaku pada waktu yang akan datang. Konsekuensinya yang menyenangkan disebut tindakan penguatan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman.

   a. Penguatan (Reinforcement)

    Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan. perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada dua jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif (Santrock, 2008)

Penguatan positif (positive reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respons akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat ranking 1 akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi ranking 1 dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.

    Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respons akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti stimulus yang tidak menyenangkan. contoh, peserta didik akan sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan di hati guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.

G. Aliran Belajar Menurut Thorndike

   Edward Lee Thorndike (31 Agustus 1874 -- 9 Agustus 1949) adalah seorang Psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Karyanya di bidang Psikologi Perbandingan dan proses pembelajaran membuahkan teori koneksionisme dan membantu meletakkan dasar ilmiah untuk psikologi pendidikan modern. Dia juga bekerja di pengembangan sumber daya manusia di tempat industri, seperti ujian dan pengujian karyawan. Dia adalah anggota dewan dari Psychological Corporation dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association pada tahun 1912.

    Thorndike, lahir di Williamsburg, Massachusetts, adalah anak dari seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury (1891), di West Roxbury, Massachusetts dan Wesleyan University (1895). Ia mendapat gelar MA di Harvard University pada tahun 1897.

    Selama di Harvard, ia tertarik pada bagaimana hewan belajar (etologi), dan bekerja sama dalam penelitian dengan William James. Tesis Edward hingga saat ini masih dianggap sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi komparatif modern. Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, psikologi pendidikan. Pada tahun 1898 ia menyelesaikan PhD-nya di Universitas Columbia di bawah pengawasan James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri.

  Menurut Thorndike belajar didasarkan oleh adanya asosiasi (hond) antara kesan panca indra (sente impresion) dengan impuls untuk bertindak Complute to action). Dalam eksperimennya. Thorndike memasukan konsep baru di dalam belajar yaitu dorongan (motivation), hadiah (reward), dan hukuman (punishment).

   Thorndike mengadakan percobaan belajarnya dengan seekor kucing yang ditempatkan dalam kotak puzel (puzzle box) Kucing mencari jalan keluar dari kotak dengan cara mencoba-coba. Menurutnya binatang dan manusia tidak selalu memecahkan masalah dengan cara memikirkan caranya dengan algoritmik, tetapi banyak yang memecahkan masalah dengan cara mencoba-coba (trial and error). asal penelitiannya melahirkan apa yang disebut law of effect (hukum akibat), yaitu jika suatu respon dari dua stimulus diikuti dengan kepuasan, maka respon tersebut cenderung diulang. Sebaliknya jika suatu respon diikuti oleh hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut tidak dilakukan lagi. Jadi konsekuensi memegang peranan penting akan munculnya suatu respon.

     Eksperimen Thorndike menunjukkan bahwa agar tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemartipuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-maha atau percobaan- percobaan (trials) dan kegagalan kegagalan (error). Bentuk paling dasar dari belajar adalah "trual and enor learning atau selecting and connecting learning" dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme (Connectionism) atau icori asosiasi, (Slavin, 2000).

    Menurut Thorndike (Bell, Gredler, 1991), terjadinya asosiasi antaru stimulus dan respon mengikati hukum-hukut sebagi berikut:

  • Hukum kesiapan (law of readiness), yuito semakin siap peserta didik memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan, sehingga asorani cenderung diperkuat 
  • Hukum latihan tlaw of exerwise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan. maka asesiasi tersebut akan semakin kuat.
  • Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkant bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidk menuntaskan.

Selain ketiga hakum di atas, Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikan:

  • a. Lase of multiple respons/hukum reaksi bervariasi, yaitu respon peserta didik diawali oleh proses triat and error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respons sebelum memperoleh respons yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
  • b. Law of anindeukum sikap, yaitu perilaku peserta didik tidak hanya ditemukan olch hubungan stimulus dengan respons saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial maupun psikomotor.
  • c. Law of partial activiro bakam aktivitas, peserta didik dalam proses belajar memberikan respos hanya pada simalus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif). Peserta didik dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada dalam situais tertentu, dapat memilih hal yang pokok dan mendasarkan tingkah lakunya pada hal yang pokok mu
  • d. Law of response by analogy, peserta didik dapat melakukan respon pada simuasi yang belum pernah dialami karena peserta didik sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situast baru. Makin banyak unsur yang samal identik, maka transfer akan makis mudah. Jika peserta didik bercakas terhadap situasi yang asing, maka ia akan bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan hal yang dihadapinya
  • e. Law of assective shifting/ hukum perpindahan asosiasi, peserta didik dapat melakukan proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal, dan ditakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur haru dan membuang sedikit demi sedikit unsar lama. Apabila suatu respon dapat di pertahankan berlaku dalam serangkaian perubahan situasi yang dapat memicu munculnya perilaku, maka respon itu akhirnya dapat diberikan kepada situasi yang baru.    Kelebihan dan Kekurangan Teori belajar Thorndike Adapun Kelebihan Teori Belajar Thorndike yaitu:
  • 1. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya. 
  • 2. Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
  • 3. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.
  •  4. Teori ini mengarahkan anak untuk berfikir linier dan konvergen. Belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu. 
  • 5. Membantu guru dalam menyelesaikan indikator pembelajaran Matematika.

   Adapun Kekurangan teori belajar Thorndike yaitu:

1. Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal- hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan respon.

2. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan amtara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

3. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.

4. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus-menerus.

5. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar.

H. Aliran Belajar Menurut Clark Hull 

BIOGRAFI CLARK LEONARD HULL

       Clark Leonard Hull lahir pada tanggal 24 Mei 1884 di Akron, New York. la tinggal dan besar didaerah bernama Michigan dan menempati satu kelas selama bertahun-tahun. Dikarenakan Hull menempuh pendidikannya beberapa kali terputus karena sakit yang diderita dan keluarga yang mengalami masalah keuangan. Namun, setelah lulus dia menjadi pendidik dan mengajar di sekolah negeri yang kecil di Sickle, Michigan. Perjalanan Hull selanjutnya adalah memperoleh bachelor dan gelar master di Universitas Michigan, lalu ia pun beralih ke psikologi dan meraih gelar Ph.D. psikologi di University of Wisconsin pada tahun 1918, dimana ia menghabiskan waktu sebagai instruktur selama sepuluh tahun.

    Dalam Psychological Monographs, ia menerbitkan penelitian doktornya "Aspek kuantitatif dari Evolution of Concepts". Sebelum Hull mulai penelitian mengenai saran dan hipnose, terlebih dahulu ia mempelajari efek dari merokok tembakau dalam kinerja, yang lalu dibahasnya dalam beberapa literatur yang disetai menggunakan pengujian. Hal tersebut ia lakukan selama penelitian. Clark Leonard Hull mulai berfokus terhadap perkembangan teori perilakunya dan melanjutkan penelitian di Yale University pada tahun 1929. Clark L. Hull meninggal pada 10 Mei 1952, di New Haven, Connecticut.

     Hull merupakan seorang tokoh penganut teori belajar behavioristik. Hull menciptakan beberapa buku tentang teori belajar, diantaranya Mathematico_Deductive Theory of Role Learning yang ditulis bersama dengan Hovland, Perkins, & Fitch. Hull pula yang menulis buku Principles of Behavior & Essentials of Behavior, serta buku A Behavior System. Selain buku Hull pula menulis banyak artikel bagi majalah-majalah profesional.

   Konsep Dasar Teori Clark Leonard Hull

    Clark L. Hull mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull, kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya. Teori ini terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium. Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar.

    Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi  biologis.

     Teori belajar yang dikembangkan oleh Hull sama dengan para ahli fungsionalis lainnya, yaitu menggunakan tipe belajar hubungan Stimulus-Respon (S-R). Menurut pandangan ini, belajar tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi karena adanya hubungan S-R. Namun menurut Hull, selain hubungan antara S-R, perilaku juga dipengaruhi oleh suatu proses yang terjadi dalam diri organisme, yang tidak dapat diamati. Variabel ini kemudian dikenal dengan nama variabel intervening (intervening variable).

    Clark Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakan mirip dengan apa yang dikemukakan oleh para behavior, yaitu dasar stimulus dan adanya penguat (reinforcement). Clark Hull mengemukakan teorinya yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi dan ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan.

I.  Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

     Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.

     Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang penting dalam teori belajar behavioristik adalah faktor penguatan. Di lihat dari pengertiannya penguatan adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respons.

    Pandangan behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan behavioristik tidak dapat menjelaskan dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relative sama. Di lihat dari kemampuannya, kedua anak tersebut mempunyai perilaku dan tanggapan berbeda dalam memahami suatu pelajaran. Oleh sebab itu teori belajar behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respons yang dapat diamati. Teori belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur- unsur yang diamati (Putrayasa, 2013:49).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan teori behaviorisme adalah:

  • Mementingkan pengaruh lingkungan pada pembentukan perubahan pada diri peserta didik, terutama bagi peserta didik yang belum berkembang sifat mandirinya.
  • Mementingkan bagian-bagian(elementalistik) kecil dalam pembentukan kemampuan dan perilaku 
  • Mementingkan peranan reaksi yang terukur dan teramati dari peserta didik sebagai hasil dari perubahan dalam belajar. 
  • Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, dengan demikian guru harus dapat mendesain stimulus sesuai dengan karakter kompetensi perilaku mata pelajaran dan karakter siswa. 
  • Mementingkan peranan kemampuan awal yang sudah terbentuk sebelumnya, dengan demikian guru harus memahami kemampuan awal dari masing-masing peserta didik sebelum merancang pembelajaran.
  • Mementingkan pembentukan kebiasan melalui latihan dan pengulangan, dengan demikian guru harus dapat mendesain bentuk latihan dan pengulangan yang sesuai dengan karakter peserta didik.
  • Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan sesuai dengan indikator dan tujuan yang sudah dirumuskan.
  • Kurikulum yang dikembangkan guru sangat terstruktur menggunakan standar-standar tertentu yang harus dicapai peserta didik. Obyek evaluasi hanya mengukur pada hal-hal yang nyata yaitu output belajar yang teramati, dalam bentuk laporan tugas, kuis dan tes yang bersifat individual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun