Tak lama, seorang wanita muda melangkah masuk. Ema dengan topeng ajaibnya, tampak anggun dengan gaun sederhana dan senyum lembut. Wajah Gino seketika berubah. Ia terdiam, terpukau oleh kecantikan wanita itu.
"Maaf, mas Gino ya?" tanyanya dengan suara yang halus, tapi tegas.
Gino mengangguk, cepat berdiri dari kursinya. "Ya, saya Gino. Anda pasti temannya Ema? Tanyanya kemudian.
"Ya, saya.. Amelia," jawab Ema secara random menyebutkan namanya."Ema bilang Anda orang yang sangat bisa dipercaya. Terima kasih sudah meluangkan waktu."
Gino menarik kursi untuknya, lalu duduk kembali. "Jadi, apa yang bisa saya bantu?"
Amelia mulai bercerita tentang dirinya. Tentu, sebagian besar adalah kisah yang sudah disiapkan oleh Ema. Ia mengaku sebagai seseorang yang kehilangan ingatan setelah kecelakaan, yang membuatnya kehilangan dokumen dan identitas.
"Aku ingin memulai hidup baru," kata Amelia, menatap mata Gino dengan penuh harap. "Tapi aku butuh bantuan kalian. Ema bilang Anda bisa membantu saya."
Gino mengangguk perlahan. "Ini rumit, tapi saya akan mencoba. Jika Ema percaya pada Anda, maka saya juga."
***
Selama beberapa minggu berikutnya, Gino bekerja keras. Ia meretas sistem untuk membuat dokumen palsu yang tampak otentik. Paspor, KTP, bahkan riwayat pendidikan untuk identitas baru Amelia.
Di sela-sela itu, Ema bergantian dengan Amelia sering mengunjungi Gino untuk memantau perkembangan. Kadang mereka berbincang ringan, tapi seringkali Gino tak bisa menahan diri untuk menunjukkan perhatian lebih pada Ema.