Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Langit Lembayung: Lukisan Takdir di Atas Sebuah Keterbatasan (6)

16 September 2024   16:56 Diperbarui: 16 September 2024   17:29 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Lembayung tersenyum malu-malu sambil mengangguk. Sekolah itu terasa begitu hangat, penuh warna dan keramahan. Anak-anak lain tampak bermain di halaman dengan penuh keceriaan, dan guru-guru selalu siap membantu mereka dengan perhatian tulus.

***

Beberapa hari setelah Lembayung mulai sekolah, Bu Shaliha meminta Bima untuk datang ke sekolah guna membicarakan hasil asesmen awal yang telah dilakukan terhadap Lembayung. "Pak Bima, kami melihat potensi besar dalam diri Lembayung, terutama dalam hal seni suara dan menggambar. Meski ia memiliki keterbatasan fisik, tetapi semangat dan bakatnya luar biasa. Ia senang bersenandung, dan gambarnya memiliki keindahan yang sangat menarik," kata Bu Shaliha dengan nada penuh kekaguman.


Bima merasa bangga mendengar hal itu. "Alhamdulillah, saya bersyukur sekali mendengarnya, Bu. Apa yang bisa saya lakukan untuk mendukung perkembangan Lembayung di rumah?" tanya Bima dengan antusias.

Bu Shaliha menjelaskan program-program khusus yang dirancang untuk Lembayung, termasuk kegiatan seni dan terapi yang akan dilakukan di sekolah. "Pak Bima juga bisa membantu dengan menyediakan alat-alat gambar di rumah dan memberikan ruang bagi Lembayung untuk mengekspresikan diri. Kami juga akan membantu Lembayung mengembangkan bakatnya dalam tarik suara. Insya Allah, kami akan bekerja sama untuk memastikan potensi Lembayung dapat dikembangkan secara optimal," lanjut Bu Shaliha dengan senyum ramah.

Mendengar itu, hati Bima tergerak. Ia menyadari bahwa Lembayung membutuhkan lebih banyak dukungan, terutama untuk menunjang bakat-bakat yang dimilikinya. Ia ingin membelikan kursi roda serta peralatan menggambar yang lengkap untuk putrinya. Namun, untuk itu, ia butuh pekerjaan yang lebih baik.

Bima pun menceritakan keinginannya kepada Bu Sari, tetangga yang selama ini sudah ia anggap sebagai ibu sendiri. "Bu Sari, saya ingin bekerja lebih keras lagi untuk Lembayung. Saya ingin membelikan kursi roda, alat gambar, dan semua yang ia butuhkan untuk berkembang," ujar Bima.

Bu Sari, yang selama ini sudah seperti sosok ibu bagi Bima, menepuk pundaknya dengan lembut. "Kamu ayah yang luar biasa, Bima. Insya Allah, rezeki akan datang. Aku yakin dengan niat baikmu, Allah akan memberikan jalan."

Tak hanya Bu Sari, Bu Shaliha pun mendukung Bima dalam keputusannya. "Pak Bima, jangan khawatir. Jika Anda perlu lebih banyak waktu bekerja, saya bisa menjaga Lembayung sampai sore. Di sini, kami guru-guru tetap di sekolah sampai pukul 16.00, jadi tidak masalah jika Lembayung harus menunggu Anda pulang kerja," ujar Bu Shaliha.

Mendengar hal itu, Bima merasa lega. Ia semakin mantap untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Tak lama setelah itu, doa-doanya terkabul. Bima diterima bekerja di sebuah perusahaan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari sekolah Lembayung. Pekerjaan itu cukup baik, dan yang paling penting, ia masih punya waktu untuk menemani dan menjemput Lembayung saat istirahat di sekolah.

Setiap hari, Bima dan Lembayung pergi bersama. Sepanjang perjalanan, Lembayung akan bercerita dengan semangat tentang teman-temannya di sekolah, tentang pelajaran-pelajaran yang ia dapatkan, dan tentang Bu Shaliha yang sangat baik padanya. Kebahagiaan kecil seperti ini membuat Bima merasa hidupnya semakin bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun