"Iya, Baba. Teman-teman semuanya punya ibu. Mereka disuapi, dipeluk, disisir. Lembayung juga mau punya ibu..." Lembayung menunduk, suaranya terdengar lirih. Keinginan untuk mendapatkan kasih sesosok ibu tampak jelas di matanya yang besar dan polos.
Bima merasakan hatinya perih mendengar permintaan Lembayung. Bagaimana mungkin ia bisa membawa Arum kemari? Bagaimana ia harus menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada anak sekecil itu? Ia tahu bahwa Lembayung berhak atas kasih sayang seorang ibu, tapi ia juga tahu bahwa Arum sudah jauh dari kehidupan mereka.
Bima menarik napas dalam-dalam, lalu membelai lembut kepala Lembayung. "Lembayung, sayang... Ibu ada di suatu tempat yang jauh. Jadi gak bisa kesini. Tapi jangan khawatir, Baba akan selalu ada di sini untukmu, ya? Baba akan mencintaimu dengan sepenuh hati, seperti seorang ibu dan seorang ayah."
Meskipun sempat terlihat raut kecewa dan sedih, Lembayung kecil tampaknya mengerti bahwa saat ini ayahnya tak bisa membawa ibunya kepadanya. Ia tersenyum kecil dan kembali mencium ayahnya itu "Baba baik sekali," ucapnya manis.
Di tengah segala tantangan yang mereka hadapi, Bima tahu bahwa mereka telah menemukan cahaya di ujung terowongan. Kecantikan Lembayung, suara indahnya dan gambar-gambar indah dari kaki tunggalnya yang luar biasa. Meski tanpa ibu, Lembayung tumbuh dengan cinta yang tak terbatas, dan bersama-sama, mereka akan terus berjalan menuju masa depan yang lebih cerah.
** Bersambung ..**
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut,’” (HR Abu Dawud).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H