Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jejak Langit Lembayung: Lukisan Takdir di Atas Sebuah Keterbatasan (4)

8 September 2024   19:00 Diperbarui: 8 September 2024   19:12 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Namun, bukan hanya suara indahnya yang mengejutkan Bima. Seiring waktu, Lembayung juga menunjukkan kemampuan lain yang tak kalah menakjubkan. Meskipun tidak memiliki tangan, ia mampu menggambar dengan kakinya. Setiap kali Bima memberikan selembar kertas dan pensil yang ia letakkan di antara jari-jari kakinya, Lembayung mulai menggambar garis-garis sederhana. Meskipun tampak biasa bagi orang lain, gambar-gambar itu memiliki keindahan dan makna mendalam yang hanya bisa dipahami oleh orang yang melihat dengan hati.

"Ini gambar apa, Nak?" tanya Bima suatu hari, menatap coretan di kertas.

"Ini rumah kita, Baba. Dan ini aku, Baba, dan... Ibu," jawab Lembayung dengan polos, menunjuk satu persatu gambar kecil di kertas itu dengan jari kakinya. Mendengar jawaban Lembayung, Bima terdiam. Lembayung, yang sejak bayi ditinggalkan begitu saja tetap merindukan kehadirannya.

Gambar-gambar yang dibuat oleh Lembayung menjadi cerminan dari dunia kecilnya yang penuh imajinasi. Meskipun fisiknya terbatas, pikirannya bebas dan kaya akan kreativitas. Bima menyadari bahwa inilah cara Lembayung mengekspresikan dirinya, melalui gambar-gambar sederhana yang penuh arti. Di balik setiap garis, ada cerita, ada perasaan yang hanya Lembayung yang tahu.

Bima semakin yakin bahwa Allah menitipkan berbagai keistimewaan di balik hambatan yang dimiliki Lembayung. Keterbatasan fisik tidak mengurangi kecerdasannya, dan bakat-bakat yang mulai muncul adalah bukti bahwa Lembayung memiliki potensi luar biasa.

***

Di ulang tahunnya yang kelima, Lembayung duduk di pangkuan Bima setelah acara sederhana yang mereka rayakan di rumah. Hanya Bima, beberapa tetangga, dan Lembayung. Meski begitu, senyum di wajah Lembayung sudah cukup membuat Bima bahagia. Namun, setelah semua orang pulang, Lembayung menatap ayahnya dengan mata yang penuh rasa penasaran.

"Baba... katanya Lembayung boleh minta apa saja hari ini?" tanya lembayung sambil mencium pipi ayahnya penuh kasih sayang.

"Benar nak, kamu mau apa? Malam ini kita beli ya?" Jawab Bima sambil menatap dan mencubit gemas pipi Lembayung yang kemerahan. "Lembayung mau apa? Coba bilang, atau bisikkan ke baba, ayo!" Lanjut Bima mendekat kan telinganya.

"Hmmmm.. Ibu, lembayung mau ibu Baba" jawab lembayung dengan suara lembut, membuat Bima terkejut. "Ibu dimana Baba?" lanjutnya.

"Ibu?" Bima terdiam sejenak, mencoba mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan putrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun