Begitu juga dengan siswa, siswa memiliki bakat dan potensi (fitrah/kodrat) yang berbeda-beda dari satu siswa dengan siswa lainnya.
Oleh karena itu kita sebagai guru harus mampu menggali dan mengenalinya untuk kemudian menuntun siswa mencapai kemampuan terbaiknya.
Tapi mata pelajaran yang diajarkan sama?.
CP atau ATP yang ingin dituju dalam sebuah mata pelajaran juga sama?.
Lalu apa salahnya jika seorang guru menginginkan siswanya memahami sesuatu dengan cara yang sama, toh ujiannya juga terkait materi yang di ajarkan.
Hal itu tidak salah, ketika guru masih beranggapan seperti zaman old dimana guru sebagai seorang maha guru yang memberikan ilmu kepada para siswanya (teacher center).
Tetapi zaman telah berubah, bahkan segala informasi yang ingin siswa cari dapat ditemukannya hanya dengan sekali klik.
Maka penting seorang guru tidak lagi menganut cara-cara guru zaman old tersebut, guru harus menyesuaikan cara mengajarnya dengan cara-cara zaman now seperti saat ini.
Guru harus menjadi seorang fasilitator yang membimbing siswa untuk menemukan cara belajar terbaiknya sehingga mampu meunculkan potensi dan bakat siswa dalam kegiatan pembelajaran (student center).
Sehingga tercipta pembelajaran bermakna yang mampu menginternalisasi kompetesi yang diharapkan dari seorang siswa yaitu koloboratif, kreatif, berfikir kritis dan komunikatif.
Atau dalam kata lain, kurikulum merdeka membutuhkan guru yang kreatif untuk merancang sebuah pembelajaran sehingga siswa mampu belajar secara mandiri dalam pembelajaran yang dilakukannya.