Mohon tunggu...
Sebastian Ahmad
Sebastian Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Aja

Menulis aja lalu ditaro disini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nulis Cerpen

27 Februari 2020   04:20 Diperbarui: 27 Februari 2020   17:15 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"jangan bercanda, aku tidak suka hal-hal seperti itu."

"jangan merendah, dan lihatlah mataku. Kau terlalu banyak menundukan kepala saat berbicara."

"tidak, aku sama sekali tak merendah dan kau gila."

"hahaha, memang sepertinya aku menyukaimu." Jawabnya.

"sudahlah, tak usah diperpanjang."

"kenapa?"

"tidak ada alasan khusus"

"apa kamu pernah menyukai seseorang?" tanyanya

Aku tak begitu menyukai kalimat seperti itu, bukan berarti aku punya kenangan buruk atau semacamnya. Dan bukan juga aku tak percaya dengan hal-hal seperti itu, aku percaya dan tak ingin terlalu mengejarnya saja.

"pernah."

Suasana kembali hening, dan itu menjadi percakapan terakhir kami. Hujan sudah mulai mereda, dan aku pindah lagi ke beranda depan toko buku itu. Alunan musik kembali terdengar, aroma khas selepas hujan lagi-lagi mengingatkanku pada kampung halaman. Apa bapak bahagia dengan keluarga barunya? Apa ibu bahagia dengan keluarga barunya? Apa adikku sudah tau apa yang ingin dia capai di masa depannya? Atau teman-teman yang dulu pernah hadir dan saling mengisi sudah mendapatkan apa yang mereka cari. Pertanyaan semacam itu kembali menimbulkan kenangan masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun