Andai saja ada sesuatu yang menarik. Aku bosan, sangat bosan. Kalau saja kebosanan bisa dijual, aku bisa untung banyak. Setiap hari rasanya selalu sama, aku selalu merasa bosan. Ingin rasanya menyalahkan seseorang atas kebosanan yang aku rasakan. Mungkin sepertinya aku harus menulis sebuah cerpen yang bisa mengenang kebosanan ini. Lagian, cerpen itu sendiri artinya apa? Sepertinya, pergi kesebuah toko buku bisa menjawab pertanyaan itu, lalu bagaimana dengan menulis cerpen? Tunda dulu saja.
Ya, aku selalu bergumam seperti itu. Sering sekali, bukan sekali atau dua kali. Mulai kuhisap rokok yang tadi kupegang, memejamkan mata lalu membukanya kembali, kulihat sekeliling kamar kos, banyak buku berserakan dimana-mana. Suara kipas angin yang bercampur dengan musik yang keluar dari ponsel. Rasa kopi yang masih membekas di lidah, serta aroma udara selepas hujan. Aroma yang khas. Aku mulai bersiap menuju toko buku untuk menjawab pertanyaan yang aku buat sendiri tadi, sambil berusaha menghabiskan sebatang rokok dengan tergesa-gesa. Memakai jaket hitam kesayangan yang sudah lama sekali tak dicuci, serta mencari-cari kunci motor yang entah dimana. Lalu mataku terfokus pada tulisan di dinding kamar.
Kebanyakan dari kita memang harus diakui kesepian, kehilangan kemampuan untuk berkoneksi dengan sekeliling tubuh kita, sehingga kita semakin bergantung pada teknologi untuk memiliki relasi yang diharapkan lebih berarti, melalui layar ponsel dan monitor. Membunuh sepi dengan cara yang semakin menjerumuskan kita kedalam kesepian.
Entah pemikiran seperti apa yang membuat aku menyalin tulisan tersebut dari suatu jurnal ke dinding kamar kos, apa memang aku kesepian atau memang aku jelmaan kesepian itu sendiri.
"for a minute there
I lost myself, I lost myself
Phew, for a minute there
I lost myself, I lost myself"
Lantunan lirik dari musik yang sedang berbunyi, sebuah lagu dari radiohead yang berjudul paranoid android. Setelah isapan terakhir, aku mematikan puntung rokok di asbak, yang disampingnya ada ponsel serta kunci motor yang aku cari. Bergegas aku meraihnya, lalu aku matikan musik dan bergegas menuju toko buku yang tak jauh dari kos.
Sepanjang jalan aku selalu menikmati jalanan tanpa mendengarkan lagu, biar mataku fokus terhadap jalan, serta telingaku berfokus pada suara-suara seperti bunyi klakson, mesin kendaraan, suara angin serta bebagai suara lainnya. Jalanan sore, apalagi selepas hujan selalu memiliki efek magis tersendiri bagiku. Kerinduan pada kampung halaman dimana aku tumbuh. Dan aku tiba di toko buku.
"apa kau tak mau pulang?"