Sumber Rawa-an, banyak rawa, di kaki gunung Arjuna, yang memberitakan lokasi adalah sumber air suci yang jernih dan sehat. Dan memang juga menjadi salah satu sumber bagi air PDAM Kota Singosari di Malang Jawa Timur ini. Saya lihat ainrya benar jernih adem, cocok untuk hidro terapi sehingga konon jika mandi si itu akan awet muda.
Ya pasti awet muda ya masak dibilang awet tua ya... namun intinya airnya jernih adem enak untuk berendam dan menenangkan diri.
Bagi yang klenak klenik atau mau membakar dupa biar aroma terapi wangi dupa, juga dijual di kawasan tersebut.
Candi Sumberawan merupakan salah satu candi yang memiliki bentuk yang sangat unik yaitu hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Jadi kalau dikatakan sebagai "candi", rasanya kok bukan ya karena hanya sebuah stupa saja.
Dan itu bukan kelaziman candi tempat menyimpan abu jenazah, melainkan stupa untuk membakar dupa dan beribadah bagi yang menganut keyakinan Budha atau aliran kepercayaan lainnya.
Para ahli purbakala memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan, sebuah nama yang terkenal dalam kitab Negarakertagama. Tempat tersebut telah dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 masehi, sewaktu ia mengadakan perjalanan keliling area wilayahnya yang ketika itu berpusat di Mojokerto Mojopahit, sedangkan Singosari ini ada di kawasan Tumapel Malang.
Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bagian batur dan dagoba (stupanya) dapat diperkirakan bahwa bangunan Candi Sumberawan didirikan sekitar abad 14 sampai 15 masehi yaitu pada periode Majapahit. Bentuk stupa pada Candi Sumberawan ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhisme.
Artinya ada 2 agama besar ketika itu yakni Hindu dan Budha, lantas di penghujung ada peradaban muslim lewat Karaton Demak yang juga ahli waris dari kerajaan Majapahit. Candi Sumberawan pertama kali ditemukan pada tahun 1904 di era masih dalam suasana penjajahan Belanda yang merasuk ke tanah Jawa dan Nusantara.
Pada tahun 1935 diadakan kunjungan oleh peneliti dari Dinas Purbakala. Pada zaman Hindia Belanda pada tahun 1937 diadakan pemugaran pada bagian kaki candi, sedangkan sisanya direkonstruksi secara darurat.