Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar meniru Tuhan

5 November 2020   19:53 Diperbarui: 9 November 2022   09:25 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia bisa mati, tapi amal jariah dan ilmu bermanfaat akan abadi (Foto: Dokpri, Makam Raja Kotagedhe Yogya)

Pak Jacob Oetama, ijinkan saya mengkisahkan ini di kompasiana ini. Bapaklah big bos yang tahu bagaimana membesarkan hati para karyawan. Bahkan, karyawan yang tidak dapat membayangkan bahwa perhatian itu akan sebesar itu.  

Semoga Bapak di alam kelanggengan, mendapatkan hadiah dari Tuhan, sebagaimana selama ini Bapak welas asih kepada sesama manusia. 

Home visit, itu adalah nama formal kegiatan menyambangi karyawan. Alhamdulillah, saya juga pernah melakukan. 

Namun tidak seintensif atau sebesar daya dari Pak Jacob Oetama. Namun, inspirasi ini kiranya dapat disebarluaskan, agar sesama manusia saling membesarkan hati. Peduli dan saling welas asih. 

Sumber: Intisari, Oktober 2020
Sumber: Intisari, Oktober 2020

***

Flash back pada tahun sekitar 1996/1997. Ketika awal mula saya menapakkan di Jakarta. Naik kereta api. Sumpeg ekonomi. Tidak dapat istirahat, terkantuk di tengah pekak suara mesin kereta. 

Hingga kereta sampai di Jatinegara. Bangku banyak yang kosong. Penumpang banyak yang turun. Saya kegirangan menjumpai bangku/kursi kosong. Tas saya ambil. Saya angkat ke bagasi di atas kursi. Badan saya rebahkan. Mak lapp... terkantuk seketika. Dan ketika mata terbuka, tampak bagasi kosong di atas saya.

Waduhhhhh... di mana tas saya ? 

Saya panik lari dari gerbong satu ke gerbong lain. Penumpang lain cuek, sibuk dengan diri sendiri. Tas beserta seisinya: sarung, soft drink, kamera tangan, kue, baju ganti, dan sajadah, hilang semua.

Padahal hari itu saya mau wawancara kerja, dengan perlengkapan di tas tersebut. Singkat cerita, saya ditolong keluarga di Rawamangun. Namun, dada masih bergemuruh, marah dan mengutuk si pencuri tas saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun