Pak Jacob Oetama, ijinkan saya mengkisahkan ini di kompasiana ini. Bapaklah big bos yang tahu bagaimana membesarkan hati para karyawan. Bahkan, karyawan yang tidak dapat membayangkan bahwa perhatian itu akan sebesar itu.
Semoga Bapak di alam kelanggengan, mendapatkan hadiah dari Tuhan, sebagaimana selama ini Bapak welas asih kepada sesama manusia.
Home visit, itu adalah nama formal kegiatan menyambangi karyawan. Alhamdulillah, saya juga pernah melakukan.
Namun tidak seintensif atau sebesar daya dari Pak Jacob Oetama. Namun, inspirasi ini kiranya dapat disebarluaskan, agar sesama manusia saling membesarkan hati. Peduli dan saling welas asih.
***
Flash back pada tahun sekitar 1996/1997. Ketika awal mula saya menapakkan di Jakarta. Naik kereta api. Sumpeg ekonomi. Tidak dapat istirahat, terkantuk di tengah pekak suara mesin kereta.
Hingga kereta sampai di Jatinegara. Bangku banyak yang kosong. Penumpang banyak yang turun. Saya kegirangan menjumpai bangku/kursi kosong. Tas saya ambil. Saya angkat ke bagasi di atas kursi. Badan saya rebahkan. Mak lapp... terkantuk seketika. Dan ketika mata terbuka, tampak bagasi kosong di atas saya.
Waduhhhhh... di mana tas saya ?
Saya panik lari dari gerbong satu ke gerbong lain. Penumpang lain cuek, sibuk dengan diri sendiri. Tas beserta seisinya: sarung, soft drink, kamera tangan, kue, baju ganti, dan sajadah, hilang semua.
Padahal hari itu saya mau wawancara kerja, dengan perlengkapan di tas tersebut. Singkat cerita, saya ditolong keluarga di Rawamangun. Namun, dada masih bergemuruh, marah dan mengutuk si pencuri tas saya.