Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar meniru Tuhan

5 November 2020   19:53 Diperbarui: 9 November 2022   09:25 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia bisa mati, tapi amal jariah dan ilmu bermanfaat akan abadi (Foto: Dokpri, Makam Raja Kotagedhe Yogya)

Biasanya tuan rumah akan kaget sedikit, karena tidak mengira didatangi pimpinan daerah yang jarak sosialnya sebenarnya relatif jauh. Lantas, mereka akan bahagia, karena kedatangan itu menjadi penghiburan bagi keluarga penganten. 

Bentuk doa yang tulus, datang langsung bahkan, adalah perhatian yang sangat menyentuh.

Apakah ini ada aroma politis?

Saya sendiri tidak ingin berburuk sangka. Karena banyak pimpinan politik, namun tidak paham dan tidak mengerti bagaimana berdekat-dekat dengan rakyatnya. Pimpinan di Kotawaringin tersebut, menggugah saya bahwa demikian lah seharusnya seorang pemimpin. Mendekat, dan peduli terhadap rakyatnya. 

***

Jacob Oetama 

Jakarta suatu ketika. Ada perhelatan sebuah media yang sangat besar. 

Saya masih ingat, sangat ingat. Ada event di mana pimpinan media tersebut memberikan hadiah kepada para loper koran. Bahkan, diundang ke acara pesta ulang tahun media tersebut. Bahkan, dipanggil ke panggung, diberi hadiah, dan diajak foto bersama. Foto dicetak, dipigura, dan diberikan kepada para loper koran tersebut.

Dapatkah kita membayangkan, bos besar merangkul "anak buah", yang secara sosial betul-betul jauh dan tidak mungkin dekat? Bagaiman bisa dekat, sedangkan bos di Jakarta, para loper itu ada di jalanan, jau di daerah, dan tempat lain yang jauh dari kantor big bos tersebut. 

Majalah Intisari, edisi Oktober 2020. Halaman 19. Sosok big bos yang saya monitor sangat lama, saya pelajari profilnya, perjuangannya, tampak dinarasikan sebagai berikut: 

"Tidak jarang, beliau pergi menyambangi rumah karyawannya, untuk melihat kondisi kehidupannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun