Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Penyintas"

26 September 2021   10:23 Diperbarui: 10 Oktober 2021   19:27 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan itu, di luar dugaan, membuat ekspresi Dora berubah sedih sedih. Dengan tersendat, dia bercerita, "Kami memang ada berlima kala itu, tinggal bersama untuk beberapa lama sampai sesuatu terjadi. Salah seorang di antara kami merasa persediaan makanan tidak akan cukup untuk kami semua. Lalu...lalu dia mengambil obat tertentu dari tempat penyimpanan..."

Sarah terbelalak. "Maksudmu, dia...."

Dora mengangguk. Matanya basah memerah. "Dia meracuni yang lain. Tapi Tuhan masih melindungiku. Aku tidak bernafsu makan saat itu. Jadi aku tidak menelan apapun saat dia melakukannya. Tapi saat dia mengetahui, dia jadi mata gelap. Dia..dia berusaha mencekikku. Dia bilang ini demi kebaikanku sendiri. Tapi aku melawan. Kupukul kepalanya dengan balok kayu..dan...dan ternyata dia mati..."

Dora meledak dalam tangis yang menyayat. Sarah cepat-cepat memeluknya. Berusaha menenangkannya. "Sudah, sudah, tak perlu lagi kau pikirkan soal itu. Semua sudah berlalu. Kau akan aman bersama kami. Kita akan selalu bersama..."

Mendadak dia berhenti bicara. Tubuhnya menegang. Dora rupanya merasakan itu. Dia menghentikan tangisnya dan menahan nafas. Secara naluriah dia menyadari datangnya bahaya. "Ambil posisi di belakangku dengan perlahan," bisik Sarah. "Dan bersiap untuk lari."

Bahaya itu memang sudah dekat. Di seberang ruangan, tepat di depan gang antara dua rak, nampak rombongan zombie berjalan sempoyongan. Kondisi mereka tinggal kerangka berbalut kulit kering. Pakaian mereka kenakan tersisa robekan compang-camping. Tapi rambut mereka justru memanjang awut-awutan sampai ke pinggang. Kuku mereka juga memanjang, melengkung, dan kotor. Mereka terus berjalan tanpa menoleh ke arah gang. Sepertinya belum menyadari kehadiran kedua perempuan itu.

Nafas Dora tersentak saat melihat mereka. Tubuhnya gemetar ketakutan. Karena itu, secara spontan dia berusaha mencari pegangan pada rak. Malang, tangannya justru menyenggol satu makanan kaleng yang langsung terjungkir dari rak dan jatuh ke lantai.

KLONTANG!

Seketika para zombie menoleh. Sekarang mereka melihat kedua perempuan itu. Dan tindak-tanduk mereka pun berubah. Gerakan yang sempoyongan itu berubah gesit. Sambil mengeluarkan suara seperti hewan buas, mereka berlari menyerang dengan kuku-kuku panjang teracung.

"Lari ke jendela belakang," seru Sarah sambil menembakkan AK-47 di tangannya. Dora tak perlu disuruh dua kali. Tapi dia masih sempat melihat betapa terampil Sarah menggunakan senapan serbunya. Hanya membidik kepala para penyerang dan selalu tepat mengenai sasaran.

Jendela belakang itu terbuka ke arah parkiran karyawan. Dua lantai di bawah sana. Tak terlihat siapapun di parkiran itu. Manusia atau pun zombie. Hanya beberapa kendaraan terparkir. Di antaranya sebuah jeep tentara yang dikendarai Sarah dan satu truk sampah yang parkir tepat di bawah jendela. Tumpukan sampah masih menggunung di atasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun